25.1 C
New York
Wednesday, October 1, 2025

Ekaristi bagi Gereja Katolik: Bukan Perjamuan Biasa

Istilah ‘ekaristi’ berasal dari kata bahasa Yunani ευχαριστω [eucharistein] yang artinya ucapan terima kasih kepada Allah (KGK 1328), atau juga diartikan ‘puji syukur’ (makanya dalam Ekaristi ada ‘Doa Syukur Agung’). Kata ini lebih sering digunakan oleh Gereja Katolik, Anglikan, Ortodoks Timur, dan Lutheran, sedangkan istilah perjamuan kudus digunakan oleh Gereja Protestan.

[postingan number=3 tag= “ekaristi”]

Ekaristi adalah kenangan akan kesengsaraan dan kebangkitan Tuhan (KGK 1330). Ekaristi diadakan untuk memenuhi perintah Yesus untuk merayakan kenangan akan hidup-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan akan pembelaan-Nya bagi kita di depan Allah Bapa (KGK 1341).

Ekaristi dikenal juga dengan istilah ‘Misa kudus,’ karena perayaan misteri keselamatan ini berakhir dengan pengutusan umat beriman (missio) supaya mereka melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Ekaristi ditetapkan oleh Yesus pada Malam Perjamuan Terakhir. Dasar Kitab Suci dari Ekaristi adalah Injil Luk. 22:19-20; Mat. 26:26-28; Mrk. 14:22-24; dan 1 Kor. 11:23-29. Roti yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi harus tidak beragi, masih baru, belum basi, dan seluruhnya terbuat dari gandum tanpa campuran apapun dari bahan lain, tetapi tentu saja menggunakan air untuk proses pengolahannya.

Anggur yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi haruslah anggur yang masih alamiah, berasal dari buah anggur murni, tidak masam, dan tidak bercampur dengan bahan lain. Ditekankan secara jelas oleh Gereja Katolik bahwa dengan syarat-syarat tersebut, maka anggur obat atau anggur apa pun yang dijual di toko-toko umum tidak boleh digunakan untuk Perayaan Ekaristi. Jadi, sopi, moke, cap tikus, ballo, atau apapun namanya tidak bisa menggantikan anggur Misa.

Katekismus Gerja Katolik mengajarkan bahwa Ekaristi adalah “sumber dan puncak seluruh kehidupan Kristiani” (KGK 1324) dan “hakikat dan rangkuman iman kita” (KGK 1327). Makanya, dalam Gereja Katolik, Ekaristi adalah sakramen, yaitu tanda dan rahmat dari kehadiran Allah. Jika Maria menerima Yesus dalam rahimnya, kita menerima Yesus lewat Ekaristi.

Apakah jemaat Kristen non-Katolik bisa menyambut komuni di Gereja Katolik? Jawabannya: TIDAK BISA. Mengapa? Karena Gereja Kristen non-Katolik tidak memandang Ekaristi sebagai tubuh dan darah Yesus. Apa yang bagi Gereja Katolik dipandang sebagai Tubuh dan Darah Kristus, oleh Gereja non-Katolik menjadi perjamuan biasa. Dasar Kitab Suci yang mereka gunakan adalah Injil Luk. 22:14, 19b; Mat. 26:20; Mrk. 14:17-18a; 1 Kor. 11:24b.

Jika kita memperhatikan kutipan-kutipan Kitab Suci yang mereka gunakan sebagai dasar dari ‘perjamuan biasa’ itu, tampak sekali bahwa mereka hanya memberi tekanan pada bagian awal dan bagian penutup dari perikop Kitab Suci itu.

Memang, pada bagian awal perikop itu dikatakan bahwa Yesus mengumpulkan murid-murid-Nya untuk makan bersama. “Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu” (Mat. 26.20). Lalu, pada bagian akhir perikop itu, Yesus meminta mereka supaya mereka melakukan hal yang sama sebagai kenangan akan Dia. “Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk. 22:19b).

Tetapi justru mereka lupa bahwa ada bagian yang paling sentral dari peristiwa Malam Perjamuan Terakhir itu, yaitu ketika Yesus mengangkat  roti, Ia tidak mengatakan “Ini roti” tetapi “Inilah Tubuh-Ku” dan ketika Ia mengangkat piala berisi anggur, Ia tidak mengatakan “Ini anggur” tetapi “Inilah darah-Ku.

Bagi Gereja Katolik, kata-kata Yesus itu dipakai dalam doa konsekrasi sehingga melalui doa konsekrasi itu, roti dan anggur mengalami ‘transsubstansiasi’ – artinya melampau substansi yang terlihat. Roti dan Anggur berubah secara substansi menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Dalam Ekaristi, Yesus, yang diwakili oleh imam, menunjukkan Tubuh dan Darah-Nya kepada kita. Makanya, kita, seperti Thomas, berseru: “Ya Tuhanku dan Allahku” [Yoh. 20:28]. Maka, sangat wajar dan masuk akal jika kita orang Katolik tidak memberikan Hosti kepada mereka yang bukan Katolik, sekalipun mereka sama-sama seperti kita sebagai pengikut Kristus. Lagipula, apa faedahnya kita memberikan Hosti kepada mereka yang tidak memandang Hosti itu sebagai Tubuh Tuhan?

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini