20.1 C
New York
Wednesday, June 7, 2023

Fakta tentang Manusia menurut Kitab Putra Sirakh

Katekese ini mengacu pada bacaan pertama hari ini, yaitu dari Kitab Putra Sirakh 17:1-15. Pada bagian awal bacaan pertama hari ini dikatakan bahwa manusia (Ibrani: ‘Adam’) berasal dari tanah (Ibrani, ‘adamah’), dan akan kembali lagi menjadi tanah (ay. 1). Ayat ini seperti menegaskan kembali apa yang tertulis di dalam Kitab Kejadian. “TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup” (Kej. 2:7).

Manusia itu dianugerahi Tuhan dengan sejumlah hari dan jangka” (ay. 2) Ya, kita tidak akan tinggal selamanya di dunia ini. Ibarat simcard HP, kita ini mempunyai masa aktif dan masa berlakunya. Pemazmur menuliskan dengan sangat gamblang bahwa masa hidup manusia adalah tujuh puluh tahun dan jika kuat, delapan puluh tahun (Mzm. 90:10).

Manusia diberi kuasa atas segala sesuatu di bumi” (ay. 2). Sekali lagi, ayat ini mengingatkan kita pada Kisah Penciptaan. Saat itu, Tuhan berfirman kepada manusia yang sudah diciptakan-Nya: “Berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (1:28). Kata ‘kuasa’ di sini berarti merawat, bukan menghancurkan. Tetapi, coba kita lihat sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari; yang terjadi justru sebaliknya, manusia menghancurkan alam sekitarnya: bumi digali dan diambil diisinya lalu dilepas begitu saja, hutan ditebang secara liar, ikan dan terumbu karang di laut dirusak, dihancurkan, dan dihabiskan.

Manusia dilengkapi dengan sejumlah kemampuan” (bdk. ay. 3). Ya, ketika Tuhan menciptakan kita, Ia melengkapi kita dengan sejumlah kemampuan, bakat, dan talenta. Maka sebetulnya, tidak ada alasan bagi kita untuk mengatakan bahwa kita tidak dapat berbuat apa-apa. Kita pasti bisa melakukan sesuatu dalam hidup kita, tentu saja sesuai dengan kemampuan yang sudah diberikan oleh Tuhan kepada kita. Hanya saja kadang-kadang kita kurang berani untuk melakukannya. Mau maju takut salah. Itu berarti masalahnya bukan karena kita tidak memiliki kemampuan, tetapi lebih pada soal ketakutan kita untuk memulai.

Manusia diciptakan oleh Tuhan menurut gambar wajah-Nya sendiri” (bdk. ay. 3). Kita ini adalah ‘foto kopi wajah Tuhan’ sendiri. Tuhan tidak menggambar wajah-Nya di atas kertas atau di atas batu, tetapi pada wajah kita. Maka, jika kita ingin melihat wajah Tuhan, lihatlah wajah kita sendiri dan wajah orang-orang lain yang ada di sekitar kita. Dengan ini sebetulnya kita diajak supaya jangan pernah melukai apalagi menyakiti sesama kita. Sebaliknya, kita harus saling mengasihi dan saling menghargai sebab setiap kita membawa serta wajah Tuhan pada wajah kita.

Di dalam segala makhluk yang hidup Tuhan menanam rasa takut terhadap manusia, agar manusia merajai binatang dan unggas” (ay. 4). Derajat kita lebih tinggi dari binatang. Berbeda dengan binatang, kita harus bersikap arif dan bijaksana; sebab Tuhan sudah memenuhi kita dengan pengetahuan yang arif, dan Ia sudah menunjukkan kepada kita mengenai apa yang baik dan apa yang jahat.

Lidah, mata, dan telinga dibentuk-Nya” (ay. 6), dan diberi-Nya fungsi masing-masing. Lidah untuk mengecap, mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar. Kita juga diberi hati untuk berpikir (ay. 6) dan menimbang-nimbang; supaya dalam menghadapi sesuatu pakai hati, tidak ‘pakai dengkul’.

Tuhan bahkan memasukkan mata-Nya sendiri ke dalam hati manusia (ay. 8) supaya manusia itu dapat melihat keagungan karya-Nya. Maka, mata itu harus digunakan, jangan sampai ditutup oleh kabut ego dan hasrat yang tidak teratur. Tuhan mau supaya dengan mata kita melihat kemuliaan-Nya yang agung dan dengan telinga kita mendengar suara-Nya yang dahsyat.

Tuhan menambahkan pengetahuan lagi kepada manusia, yaitu dengan memberi manusia itu hukum kehidupan menjadi milik pusaka” (ay. 11). Saya kira inilah yang kita sebut dengan istilah ‘suara hati’. Suara hati itu bekerja setiap saat dan membantu kita dalam menilai sesuatu. Ketika kita melakukan sesuatu, biasanya hati kita bersuara: “Ini salah. Ada yang tidak beres. Ini sudah benar”. Suara hati itulah yang merupakan perjanjian kekal yang telah diikat oleh Tuhan dengan kita, dan melalui suara hati itu segala hukum-Nya dipermaklumkan kepada kita.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
avatar
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -

Artikel Terkini