Dari manakah asal otoritas Paus? Apa fungsi dari otoritasnya itu? Ketaatan macam apa yang patut kita, sebagai umat, berikan kepadanya? Itulah sejumlah pertanyaan yang biasanya diajukan oleh banyak orang.
[postingan number=3 tag= ‘gereja-katolik’]
Otoritas paus memiliki asal muasal ilahi. Tuhan menjadikan Simon yang Dia sebut Petrus, sebagai ‘batu karang’ dari Gereja-Nya. Lalu, Dia memberikan kepadanya kunci-kunci Gereja-Nya dan menetapkan dia sebagai gembala bagi seluruh kawanan domba-Nya.
Paus, Uskup Roma dan pengganti Petrus, ‘adalah sumber dan dasar yang abadi dan kelihatan dari kesatuan di antara para uskup dan di antara seluruh umat beriman’ (lih. LG 23). “Karena Uskup Roma, berkat kedudukannya sebagai Pengganti Kristus … dan sebagai gembala seluruh Gereja, memiliki kekuasaan penuh, tertinggi dan universal atas seluruh Gereja, kekuasaan yang selalu dijalankan tanpa halangan” (lih. LG 22).
Ketika Paus berbicara mengenai perkara-perkara yang berkaitan dengan iman dan moral, dan bahkan disiplin Gereja, umat beriman terikat oleh sebuah kewajiban ilahi untuk menaatinya. Maka, sebagai orang Katolik yang setia, kita harus memeluk pernyataan-pernyataannya dengan patuh. Hanya dengan cara ini kita akan terbuka terhadap kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Kristus mendirikan Gereja sedemikian rupa sehingga otoritasnya menjadi bagian dari hakikatnya. Dia menetapkannya sebagai ‘Tiang penopang dan dasar kebenaran’ (bdk. 1Tim 3:15) dan memberikan kepadanya otoritas ilahi untuk memelihara kesatuan dan kebenaran (lih. Mat 28:18-20).
Asal Muasal Ilahi Takhta Kepausan
Sebagaimana ditunjukkan oleh Yesaya 43:1, tindakan memberi nama sama artinya dengan menyatakan hak atas orang yang dinamai. ‘Pernyataan hak’ di sini mencakup pengakuan atas tujuan atau misi khususnya. Mengenai hal ini, Kitab Suci memberikan contoh yang sangat jelas, misalnya dari tindakan penamaan Allah atas Abraham dan Israel (Kej. 17:5 32:29).
Ketika Nebukadnezar mengangkat Mattaniah sebagai raja Yehuda, dia mengubah nama Mattaniah menjadi Zedekiah sebagai sebuah tanda bahwa otoritas raja baru itu berasal dari raja Babilonia (2Raj. 24:17).
Dalam cara yang sama ini, Yesus menyatakan hak Petrus dan para penggantinya sebagai sumber otoritas yang kelihatan dalam Gereja-Nya. Yesus berkata Simon:
“Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga. Apa yang kau ikat di dunia akan terikat di surga dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga (Mat. 16:18-19).
Dengan menjadikan Petrus sebagai ‘batu karang’, Kristus menganugerahinya otoritas ilahi untuk memenuhi misi-Nya di dunia. Nama ‘batu karang’ memadukan antara misi Petrus dengan otoritas Kristus. Fungsi utama dari otoritas ini adalah kesatuan (Luk. 23:31-32).
Umat beriman Katolik, dari pembaptisan yang diterimanya, memiliki kewajiban untuk memelihara kesatuan dengan Gereja. Karenanya, pengakuan iman, kepemimpinan gerejawi, dan sakramen-sakramen, merupakan perekat-perekat kesatuan antara umat beriman Katolik dengan Gereja Kristus yang dipimpin oleh Paus dan para Uskup.
Sebagaimana dinyatakan kepada Petrus dan para rasul yang lain, jika salah satu perekat kesatuan ini mengendor, maka kesatuan dengan Gereja pun mengendor. “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa yang menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku” (Luk. 10:16).
Maka dari itu, seturut kehendak ilahi, dan demi kesatuan seluruh Gereja, kita dituntut untuk taat terhadap otoritas hukum dalam Gereja. Dan, karena Paus adalah otoritas tertinggi dalam Gereja dan mempumyai kewajiban khusus untuk memastikan kesatuan iman, maka ketaatan terhadapnya merupakan sesuatu yang patut kita lakukan.
Referensi:
– Lumen Gentium no 22, 23,
– Kitab Hukum Kanonik no 750
– Katekismus Gereja Katolik no 2035 – 36, 2051
Leon J. Suprenant, Jr & Philip C.L. Gray, Faith Facts – Answer to Catholic Questions, Vol. 1, Emmaus Road Publishing, terjemahan oleh Agustinus Tukan, Penerbit Dioma.
– Kitab Suci – Deuterokanonika.