-0.7 C
New York
Sunday, December 15, 2024

Keberadaan Setan Dilihat dari Kaca Mata Gereja Katolik

Topik mengenai setan sudah sering dibahas oleh banyak orang, namun tetap saja menyisakan sejumlah pertanyaan. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang seringkali muncul setiap kali kita berbicara tentang setan. Pertama, apakah setan itu sungguh ada? Kedua, apa saja aktivitas setan itu? Dan, ketiga, bagaimana kita sebagai pengikut Kristus menghadapi setan?

[postingan number=3 tag= ‘setan’]

Di masyarakat kita, pembahasan tentang setan selalu berujung pada deretan nama makhluk halus seperti jin, hantu, dedemit, kuntilanak, gendruwo, sundel bolong, tuyul, dan sebagainya. Bahkan, orang-orang juga percaya bahwa setan mempunyai tempat tinggal; dan tempat tinggal setan adalah hutan, pohon-pohon, pekuburan, bukit, gunung, padang gurun, tempat-tempat kotor, tempat-tempat lembab, basah, gelap, dan sebagainya.

Pertanyaannya: apakah Gereja Katolik juga mengajarkan hal yang sama seperti di atas? Jawabannya: tidak. Deretan nama di atas tidak ditemukan dalam ajaran maupun dalam Kitab Suci Gereja Katolik. Dalam pandangan Gereja Katolik, setan bukanlah semacam makhluk halus yang melirik dari tempat gelap, melainkan realitas rohani. Hanya ada tiga kata dalam Kitab Suci untuk menyebut realitas rohani tersebut, yakni setan, iblis, dan roh jahat; dan realitas rohani itu tidak mempunyai tempat fisik. Jadi, jika ada orang mengatakan bahwa setan mendiami tempat tertentu, maka jelas itu bukan ajaran Katolik.

Memang, kita harus mengakui bahwa ajaran resmi Gereja Katolik tidak terlalu banyak membahas tentang setan. Namun, dari pembahasan yang sedikit itu kita diberi tahu bahwa Gereja percaya bahwa setan itu ada. Benar-benar ada. Bukan hanya mitos. Namun, setan di sini jangan dibayangkan mirip seperti makhluk halus. Gereja Katolik memandang setan lebih sebagai suatu kekuatan, yakni kekuatan yang jahat.

Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 2851 dikatakan bahwa ‘kejahatan bukanlah hanya satu pikiran, melainkan menunjukkan satu pribadi, setan, si jahat, malaikat yang berontak terhadap Allah.’ Jadi, menurut sudut pandang Gereja Katolik, setan adalah malaikat yang menolak taat pada Allah, yang sekarang aktivitasnya adalah mencoba menggoda manusia supaya ikut memberontak.

St. Paus Yohanes Paulus II, dalam General Audience tanggal 13 Agustus 1986, menjelaskan tentang asal usul setan, demikian: “Ketika, oleh sebuah tindakan kehendak bebasnya, ia menolak kebenaran bahwa ia mengenal tentang Allah, setan menjadi ‘pembohong dan bapa segala kebohongan’ (lih. Yoh. 8:44) melampaui ruang dan waktu. Karena alasan ini, ia hidup dalam penyangkalan radikal dan tak dapat dibalikkan lagi, terhadap Allah, dan berusaha untuk memaksakan pengaruh kepada ciptaan – kepada semua mahluk yang diciptakan menurut gambar Allah dan secara khusus manusia – kebohongan dirinya sendiri yang tragis tentang apa yang baik yaitu Tuhan.”

Lantas, bagaimana kita sebagai pengikut Kristus menghadapi setan? Perlu diingat bahwa pada perayaan Baptisan, mereka yang dibaptis diminta untuk menyatakan penolakan terhadap setan, dan perbuatan-perbuatannya, dan janji-janjinya. Gereja Katolik juga menyediakan ritus resmi pengusiran setan (eksorsisme).

Tambahan pula, dalam Kitab Suci sangat jelas dikatakan: “Aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm. 8:38-39). Dengan kata lain, kita yang sudah berada dalam Yesus tidak boleh takut terhadap setan.

Referensi:
https://www.hidupkatolik.com/2020/02/09/46094/setan.php
https://jalapress.com/menjawab-pertanyaan-sulit-tentang-siapa-yang-menciptakan-setan/
https://www.catholic.com/qa/does-the-catholic-church-believe-in-the-devil

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

1 COMMENT

Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Theodorus Uspupu
Theodorus Uspupu
2 years ago

Horas,,selamat malam, pace e bene, saya Theodorus Mabe Uspupu, mahasiswa semester 7 di fakultas filsafat dan Teologi St Yohanes Pematangsiantar, UNIKA St. Thomas Medan-Sumatera Utara. saya sedang menulis skripsi tentang eksorsisme, mohon bantuannya untuk mengirimkan via gmail: theodorususpupu2803@gmail.com, bila ada bahan terkait dengan tema skripsi. Terima Kasih. 

Last edited 2 years ago by Theodorus Uspupu

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini