Sampai saat ini, Corona belum berakhir. Aneka aktivitas kita, masih dibatasi. Kegiatan yang mengumpulkan banyak orang secara langsung juga belum bisa dilakukan secara bebas. Kalaupun terpaksa dilakukan, semuanya harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Semuanya dibatasi demi kebaikan bersama. Harapannya, penyebaran Corona bisa dikendalikan.
Berjaga-jaga
Di tengah situasi yang masih sulit ini, kita bersyukur karena Tuhan memberikan kesempatan kepada kita untuk menyiapkan diri menyambut kedatangan-Nya. Kita sedang berada dalam masa adven. Menarik bahwa kita tidak hanya mempersiapkan diri menyambut kedatangan Yesus yang dirayakan pada Hari Raya Natal, tetapi juga kedatangan-Nya pada akhir zaman yang tidak seorang pun tahu kapan itu terjadi. “Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamana waktunya tiba.”(Mrk. 13: 33) Hati-hati dan berjaga-jaga adalah hal penting yang perlu dilakukan sebelum saat itu datang. Itulah yang dikatakan Yesus kepada kita pada Minggu pertama adven yang lalu.
Kira-kira bagaimana sikap hati-hati dan berjaga-jaga itu diwujudkan? Barangkali dengan membarui diri: antara lain, semakin rajin mendekatkan diri dengan Tuhan, memohon ampun dari-Nya atas segala hal yang tak berkenan kepada-Nya dan sesama, dan semakin bertanggung jawab dengan hidup dan perutusan (tugas) yang diemban saat ini. Selain itu, kita juga perlu semakin peduli dengan orang lain, terutama yang sedang menderita, baik karena kekurangan makanan maupun karena masalah lainnya; apalagi dalam situasi pandemi ini. Kita tidak hanya memikirkan diri sendiri. Dengan demikian, selain dekat dengan Tuhan, kita juga dekat dengan sesama, peduli dengan sesama. Kita menjadi berkat bagi orang lain.
Memang, sepanjang masa Adven ini, kita diberi kesempatan istimewa untuk melihat kembali ziarah hidup kita selama ini. Tentu saja yang baik disyukuri, dipertahankan dan ditingkatkan; sementara yang kurang baik ditinggalkan. Di atas segalanya, kita memohon ampun dari Allah yang Maharahim atas segala kerapuhan kita. Pengampunan membuat kita layak menyambut kedatangan-Nya, baik saat Hari Raya Natal, maupun pada kedatangan-Nya pada akhir zaman.
Seruan Pertobatan Yohanes Pembaptis
Pada masa adven ini, tokoh Kitab Suci yang pewartaannya kita dengar dengan jelas adalah Yohanes Pembaptis. Kehadiran-Nya yang mendahului kedatangan Mesias bahkan menjadi perintis jalan bagi kedatangan Mesias adalah pemenuhan nubuat Nabi Yesaya sebagaimana dikutip oleh penginjil Markus berikut ini. “Seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya: “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu; ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” (Mrk. 1:2-3)
Ia adalah tokoh penting yang membantu kita menyiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Karena itu, kita perlu mendalami dan merenung tentang isi pewartaan Yohanes Pembaptis dan keutamaan hidupnya yang pantas kita ikuti.
Kisah tentang Yohanes Pembaptis digemakan dalam Injil pada minggu kedua dan ketiga adven. “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis, dan Allah akan mengampuni dosamu.” (Mrk.1:4) Inilah yang dikatakan Yohanes melalui penginjil Markus pada minggu kedua adven. Di sini, bertobat dan memberi diri dibaptis adalah hal penting yang harus dilakukan.
Karena kita telah dibaptis dan menerima Yesus, maka yang perlu saat ini adalah pertobatan. Kita perlu membarui hidup kita. Kita mendekatkan diri dengan Tuhan, meminta ampun atas segala dosa kita, sekaligus berusaha membarui tutur kata dan tingkah laku selanjutnya agar semakin berkenan kepada-Nya dan sesama.
Pada minggu ketiga adven, Penginjil Yohanes menyebut Yohanes Pembaptis sebagai saksi yang diutus untuk memberikan kesaksian tentang terang supaya semua orang percaya (Yoh.1:7). Ia bukan terang itu! Yohanes Pembaptis menegaskan kepada para pendengarnya bahwa ia bukan Mesias. Ia hanya berkata, “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan, seperti yang telah dikatakan Nabi Yesaya.” (Yoh. 1: 23)
“Luruskanlah jalan Tuhan” adalah ungkapan penting yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis. Ia sesungguhnya menegaskan bahwa ia diutus untuk menyiapkan banyak orang agar pantas menyambut Mesias, Sang Terang. Pesan utamanya adalah pertobatan. Semua orang perlu bertobat.
Kerendahan Hati
Selain pesan pertobatan, Yohanes Pembaptis juga memiliki keutamaan yang pantas kita renungkan pada masa adven ini. Keutamaan itu adalah kerendahan hati. Ini keutamaan hidup perlu kita miliki. Mari kita perhatikan kutipan berikut ini!
“Sesudah aku, akan datang Ia yang lebih berkuasa daripadaku. Membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus.” (Mrk. 1:7)
“Aku membaptis dengan air, tetapi di tengah-tengah kamu, berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia yang datang kemudian daripada aku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” (Yoh. 1: 26-27)
Bagi saya, kedua kutipan teks ini mengungkapkan kerendahan hati yang mendalam dari Yohanes Pembaptis. Ketika orang menanyakan identitasnya, ia jujur. Ia tahu diri. Ia bukan Mesias yang dinantikan. Ia hanya meminta orang membuka hatinya bagi kedatangan Mesias dengan bertobat. Ia tidak sombong dengan perutusannya sebagai perintis jalan bagi kedatangan Mesias.
Dalam hidup ini, kita kadang-kadang jatuh dalam dosa kesombongan. Harta yang cukup, pendidikan yang memadai, jabatan atau posisi yang strategis di tempat kerja dan di tengah masyarakat membuat kita cukup mudah sombong. Cukup mudah kita merendahkan orang lain, baik melalui tutur kata maupun melalui tingkah laku kita. Kita kurang menghargai orang lain. Padahal kita sama-sama manusia, kita sama-sama debu di alas kaki-Nya Tuhan, kita sama-sama berasal dari tanah dan pada saatnya kembali menjadi tanah.
Harapannya, kerendahan hati Yohanes Pembaptis menginspirasi kita agar dalam hidup ini selalu menjadi orang yang rendah hati. Bila selama ini, kita kadang-kadang mudah jatuh dalam dosa kesombongan, mari kita membarui diri. Mari kita bertobat. Semoga kita semakin sadar bahwa semua yang kita miliki di dunia ini pada saatnya akan berakhir. Semoga kita semakin menghargai orang lain, apapun situasi mereka.
Allah Beserta Kita
Sebentar lagi kita merayakan Natal. Semoga seruan pertobatan yang disampaikan Yohanes Pembaptis menggerakkan hati kita untuk segera bertobat. Kita mengambil waktu untuk berhenti sejenak dari segala kesibukan kita dan datang kepada Tuhan: mohon berkat dan pengampunan-Nya atas segala kerapuhan kita. Juga perlu berkomitmen serius membarui hidup agar semakin baik; mari kita membarui relasi dengan sesama mulai di dalam keluarga dan komunitas masing-masing.
Kita memang merindukan bahwa kita merayakan kelahiran Yesus secara meriah di gereja paroki atau tempat perayaan lainnya seperti tahun sebelumnya, tapi karena Covid-19 belum berakhir, pasti ada di antara kita yang terpaksa mengikuti perayaan penting dari rumah saja melalui TV atau saluran media sosial FB, Youtube, dan sebagainya. Kendati demikian, semoga makna Natal tetap meresap dalam hati kita semua dan membarui hidup kita; juga membarui keluarga dan komunitas kita masing-masing.
Tema Natal tahun ini adalah, “Mereka akan menamakan Dia, Imanuel.” (Mat. 1:23) Yesus yang kelahiran-Nya kita rayakan dalam suasana Covid-19 ini adalah Emanuel: Allah beserta kita. Ia tak pernah meninggalkan kita berjuang sendirian. Ia lahir karena begitu besar kasih-Nya kepada kita. Ia mau tinggal di antara kita, apapun situasi kita, termasuk situasi pandemi ini. Ia tinggal di antara kita untuk menyelamatkan kita: memberikan kekuatan kepada yang lemah, menyembuhkan yang sakit, mengampuni yang berdosa. Kehadiran-Nya hanya untuk menyelamatkan kita.
Semoga kita semakin menyadari kehadiran-Nya yang menyelamatkan itu. Selamat menantikan kedatangan Tuhan bersama Yohanes Pembaptis . Tuhan memberkati!***
Malang, 05 Desember 2020