Intisari ajaran Yesus adalah kasih. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari kedua hukum ini (Mrk. 12:30-31).”
Dalam injil hari ini, Yesus meminta-mengajak para pengikut-Nya agar menghayati kasih itu secara konkret tetapi sangat menantang yakni dengan mengasihi musuh. “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang jahat dan orang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Mat. 5:44-45).”

Ajakan sekaligus perintah Yesus ini mudah diucapkan tapi sulit dihayati. Bagaimana tidak, mengasihi orang baik saja perlu perjuangan, apalagi mengasihi musuh (orang yang menyakiti, melukai atau mengecewakan) kita. Kita cenderung merawat-memelihara kebencian-dendam terhadap sesama. Bahkan ada yang bersumpah untuk tak memaafkan sesama sampai mati! Ya, memelihara dendam-benci seumur hidup. Serem! Apakah ini ciri pengikut Yesus yang baik? Sama sekali tidak! Menyimpan dendam dan merawat kebencian dengan sesama bukan identitas pengikut Yesus!
Mari kita berdoa dan memohon berkat dari Tuhan Yesus agar kita mampu mengampuni musuh dan mengasihi serta mendoakan mereka. Semoga teladan Yesus yang mengasihi dan mendoakan musuh-Nya dari atas salib menginspirasi kita. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34).”
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu!***