25.4 C
New York
Thursday, September 12, 2024

Mengembalikan Hati kepada Tuhan – Renungan Hari Rabu Abu

Mengembalikan Hati kepada Tuhan: Renungan Hari Rabu Abu, 14 Februari 2024 — JalaPress.comBacaan I: Yl 2:12-18; Bacaan II: 2 Kor 5:20-6:2; Injil: Mat 6:1-6.16-18

[postingan number=3 tag= ‘prapaskah’]

Sama seperti orang yang tersesat di tengah jalan, demikianlah kita juga seringkali tersesat dari jalan Tuhan. Makanya melalui bacaan pertama hari ini kita diajak untuk berbalik ke jalan Tuhan. Ditambahkan juga dalam bacaan pertama bahwa kalau kita mau berbalik ke jalan Tuhan jangan setengah-setengah atau jangan setengah hati; melainkan harus dengan segenap hati atau dengan sepenuh hati.

Bagaimana caranya kita berbalik? Kitab Suci memberitahu kita jawabannya, yaitu dengan cara berpuasa, menangis dan mengaduh. Puasa yang dimaksudkan di sini bukan sekedar tidak makan dan tidak minum. Kalau sekedar tidak makan dan tidak minum itu namanya diet. Puasa tidak sama dengan diet. Puasa adalah cara untuk membersihkan hati dan memperkuat hubungan kita dengan Tuhan.

Dengan kata lain, bacaan-bacaan dan perayaan hari ini mendorong kita untuk mengakui kesalahan kita dan bertobat. Tanda tobatnya bukan dengan mengoyakkan pakaian seperti kebiasaan orang-orang Farisi, melainkan dengan mengoyakkan hati. Juga tidak hanya dengan kata-kata ‘saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa’ melainkan diikuti dengan perbuatan nyata untuk melakukan hal-hal yang baik.

Jangan takut untuk berbalik ke jalan Tuhan, sebab Tuhan yang kita imani bukan Tuhan yang suka menghakimi dan menghukum melainkan Tuhan yang senantiasa mengasi dan mengampuni. Sebab, seperti kata penulis Kitab Suci, Ia adalah pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Meskipun kita berdosa, Ia tetap mengasihi kita dengan kasih yang tak terbatas. Asalkan kita datang kepada-Nya dengan tulus dan meminta ampunan, Ia akan mengampuni kita. Tuhan sendiri berkata: “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” Yakinlah, Tuhan berkenan kepada orang yang mau bertobat.

Hari ini kita menerima abu yang dioleskan pada dahi kita masing-masing sebagai tanda pertobatan sekaligus sebagai peringatan kepada kita bahwa kita ini hanyalah debu, kita hanya menjadi berarti karena Tuhan membentuk debu itu menjadi manusia dan Ia menghembuskan nafas-Nya pada debu yang sudah dibentuk menjadi manusia itu.

Rabu Abu adalah adalah saat di mana kita memulai masa tobat itu. Tentu tidak berarti bahwa kita bertobat hanya pada saat Rabu Abu atau Masa Prapaskah. Masa tobat bukan hanya pada Rabu Abu. Setiap hari adalah kesempatan bagi kita untuk bertobat dan memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan. Mari kita gunakan masa tobat ini untuk melakukan perubahan positif dalam hidup kita.

Kita semua perlu mengakui kesalahan kita, bertobat dengan tulus, dan berjanji untuk melakukan perubahan yang baik dalam hidup kita. Ingatlah, Tuhan senantiasa mengasihi kita dan siap untuk mengampuni dosa-dosa kita. Marilah kita gunakan waktu tobat ini dengan bijaksana, agar kita dapat tumbuh lebih dekat kepada Tuhan dan menjadi pribadi yang lebih baik. Amin. [JK-IND]

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini