Belajar Memahami Ajaran Yesus secara Mendalam: Renungan Hari Biasa Pekan V, 13 Februari 2024 — JalaPress.com; Bacaan I: Yak. 1:12-18; Injil: Mrk. 8:14-21
[postingan number=3 tag= ‘murid-tuhan’]
Yesus, dalam bacaan Injil hari ini, memberikan peringatan kepada murid-murid-Nya tentang bahaya tidak memahami secara mendalam ajaran-Nya. Sebab, ajaran-Nya tidak cukup hanya dihafal atau diketahui secara permukaan, tetapi lebih dari itu, harus dipahami secara utuh dan mendalam. Jangan setengah-setengah dan jangan pula sepotong-sepotong.
Yesus memperingatkan murid-murid-Nya, kata-Nya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Ragi orang Farisi mengacu pada sikap dan ajaran yang dipraktikkan oleh golongan Farisi pada masa itu. Mereka sering menekankan aturan dan tradisi manusia di atas kasih, keadilan, dan rahmat Allah. Sementara itu, ragi Herodes mencerminkan godaan untuk mengejar kekuasaan, kesenangan duniawi, dan kepuasan pribadi tanpa mempedulikan kebenaran dan keadilan. Yesus memperingatkan para murid-Nya agar tidak terjerat dalam sikap-sikap seperti itu.
Sebagai pengikut Yesus, kita harus memahami maksud yang lebih dalam di balik setiap ajaran-Nya. Sebab, Jika kita tidak memahami ajaran-ajaran Yesus dengan baik, kita rentan terhadap kesalahan interpretasi dan pemahaman yang dangkal. Kesalahan ini sudah dilakukan juga oleh para murid-Nya. Ketika Yesus memperingatkan mereka, mereka malah mengira bahwa Yesus mengatakan itu karena mereka tidak mempunyai roti. Makanya, Yesus menegur mereka, katanya:
“Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Masihkah kamu belum mengerti?”
Penting untuk senantiasa memperbarui dan memperdalam pemahaman kita akan Firman Tuhan. Sebab, mengenal ajaran Yesus secara utuh dan mendalam adalah kunci bagi pertumbuhan iman kita. Tentu ini membutuhkan komitmen untuk belajar dan menggali ajaran iman secara terus-menerus.
Kita harus sadar bahwa menjadi pengikut Kristus bukan hanya tentang melakukan ritual atau mengikuti tradisi, tetapi tentang memahami maksud dan kebenaran di balik ajaran itu. Kebutuhan akan memahami ajaran-ajaran-Nya adalah seperti kebutuhan akan roti, yang jika tidak disediakan dengan baik, bisa menyebabkan kelaparan rohani.
Karena itu, sekali lagi, kita diajak untuk tidak hanya menerima ajaran-ajaran Yesus secara permukaan, tetapi lebih dari itu, kita berupaya untuk mencari pemahaman yang lebih dalam dan terus-menerus memperbarui hubungan rohani kita dengan-Nya. Amin. [JK-IND]