8.1 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Menjadi Orang Katolik yang Militan — Renungan Harian

Menjadi Orang Katolik yang Militan: Renungan Harian Katolik, Minggu 21 Oktober 2018 — JalaPress.com; Injil: Mrk. 10:35-45

Hari ini Gereja merayakan Hari Minggu Misi Sedunia ke-92. Dengan merayakan Minggu Misi seperti ini, kita diingatkan bahwa kita semua diutus untuk mewartakan Injil. Paus Fransiskus berpesan, “Jangan pernah berpikir bahwa Anda tidak memiliki apapun untuk ditawarkan, atau tidak ada yang membutuhkan Anda. Banyak orang membutuhkanmu. Pikirkanlah!”

Selama ini kita cenderung ‘pastor sentris’. Hierarki atau pastor menjadi pusat semua gerak Gereja. Apa-apa pastor, semua berharap pada pastor, bahkan untuk memimpin doa makan di acara kondangan juga pastor. Lalu, umat ke mana? Umat seringkali merasa minder dan merasa tidak mampu.

Untuk itulah kita diajak supaya menjadi orang Katolik yang militan, artinya orang Katolik yang bersemangat tinggi dan penuh gairah dalam hidup menggereja. Jangan menjadi orang Katolik ‘kapal selam’ yang timbul tenggelam. Jangan pula menjadi orang Katolik ‘NAPAS’, muncul hanya pada saat Natal dan Paskah.

Memang, kita harus mengakui bahwa kita seringkali sibuk. Kita sibuk mengurus ini dan itu, yang tidak jarang sarat dengan kepentingan. Kita bergabung dengan partai politik, misalnya, karena kita mempunyai kepentingan untuk berkuasa, karena kita ingin menduduki posisi strategis dalam pemerintahan, dan sebagainya; dan bukan tidak mungkin, kepentingan kita itu bisa benar-benar terwujud.

Sementara di Gereja, kita justru diminta supaya bersedia melepaskan diri dari kepentingan-kepentingan individualistik seperti itu, dan melepaskan diri dari segala nafsu akan kekuasaan.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yakobus dan Yohanes meminta sesuatu kepada Yesus. Mereka meminta posisi strategis dalam Kerajaan Allah, seorang di sebelah kiri Yesus, dan seorang lagi di sebelah kanan-Nya. Yesus bilang, “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta” (Mrk. 10:35).

Mereka lupa bahwa kebijaksaan Tuhan sungguh berbeda dengan kebijaksanaan manusia. Tuhan justru merendahkan yang meninggikan diri, dan mengangkat orang yang merendahkan diri. Ia membela yang lemah, dan menghukum yang congkak-congkak.

Bagi Yesus, menjadi pemimpin haruslah siap untuk melayani, dan bukan untuk dilayani. Ia bersabda: “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Mrk. 10:43-44).

Kadang-kadang kita terjebak untuk merasa lebih penting dari yang lain. Kita merasa sepertinya yang lain tidak tahu apa-apa, dan tidak ada apa-apanya. Yesus berkata “Janganlah demikian di antara kamu!”

Kita semua diserahi tugas pelayanan tertentu dalam Gereja: ada yang menjadi imam, ketua umat, pengurus wilayah, dan sebagainya. Jabatan-jabatan ini semata-mata diperuntukkan bagi lancarnya karya pelayanan, bukan untuk menguasai satu terhadap yang lain.

Inilah yang diteladankan oleh Yesus kepada kita. Kita belajar Yesus. Yesus datang ke dunia untuk melayani, bukan untuk dilayani. Semoga kita semua menjadi pelayan-pelayan yang siap melayani dan menjadi ahli waris karya misi Kristus di dunia. Amin.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini