Nasihat Paulus dan Panggilan Matius: Renungan Harian Katolik, Jumat 21 September 2018 — JalaPress.com; Bacaan I: Ef. 4:1-7, 11-13, Injil: Mat. 9:9-13
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, Paulus menasihati orang-orang di Efesus supaya selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Nasihat ini juga berlaku untuk kita.
Lawan kata dari kata ‘rendah hati’ adalah ‘sombong’. Paulus meminta orang di Efesus dan kita juga supaya jangan sombong. Kita tidak boleh sombong. Bagaimana tandanya seseorang itu dikatakan sombong? Ciri orang sombong adalah: suka pamer kelebihannya sendiri dan menyepelekan kemampuan orang lain.
Ingat, orang sombong dibenci Tuhan (bdk. 1 Sam. 2:3), dan tentu saja dibenci juga oleh sesamanya. Siapa yang mau bergaul dengan orang sombong? Tidak ada. Orang sombong pasti akan dihindari oleh orang-orang sekitarnya. Maka, kalau mau dapat banyak teman, jangan sombong.
Poin kedua dari nasihat Paulus adalah soal sikap lemah lembut. Lawan kata dari kata ‘lemah lembut’ adalah ‘kasar’. Ciri orang kasar adalah: selalu menyalahkan orang lain, suka marah tanpa sebab, orang lain harus menuruti segala permintaannya, sering berkata kotor, suka berbohong, suka menyakiti orang lain, dan sebagainya.
Paulus meminta kita supaya jangan kasar terhadap orang lain. Kita tidak boleh berlaku kasar terhadap siapapun juga, misalnya teman, guru, dan orang tua. Sekarang, banyak anak murid mulai bertingkah kasar di depan guru dan orang tua. Jangan seperti itu ya. Berbicaralah dengan cara-cara yang sopan dan santun dengan mereka.
Poin ketiga dari nasehat Paulus adalah mengenai sikap sabar. Lawan kata dari kata ‘sabar’ adalah ‘marah, murka, naik darah, naik pitam’. Ciri orang tidak sabar adalah: mudah terpancing emosi, tidak suka dihentikan lampu merah, tidak suka mengantra, dan sebagainya.
Paulus meminta kita supaya selalu sabar. Jangan suka marah-marah. Jangan suka berantem. Dicolek sedikit, marah. Padahal, kita selalu bilang ‘orang sabar disayang Tuhan’. Kalau kita sabar, hati kita tenang, teman kita banyak, kita akan disukai oleh banyak orang. Tapi, kalau kita suka berantem dengan orang lain, hanya untuk melihat muka kita saja orang tidak mau. Lihat kita lewat, mereka akan bilang: “Aih, dia lagi”. Orang akan selalu berusaha menghindar dari kita. Jangan bangga kalau dibilang sebagai anak nakal. Kenakalan bukan sesuatu yang pantas untuk dibanggakan.
Jika selama ini kita sudah melanggar tiga nasihat Paulus tadi, maka baiklah mulai hari ini kita membangun niat untuk berubah. Kita berubah dari sombong menjadi rendah hati, dari kasar menjadi lemah lembut, dan dari suka marah-marah menjadi sabar.
Tuhan memuji orang yang mau bertobat. Bukan hanya memuji, Ia juga bahkan mau menjadikan orang seperti itu sebagai murid-Nya. Siapa yang mau menjadi murid Yesus? Jika mau menjadi murid Yesus, maka, berubahlah ke arah yang lebih baik ke depannya.
Lihatlah pengalaman Matius. Ia dulunya adalah seorang pemungut cukai. Waktu itu, pekerjaan sebagai pemungut cukai disamakan dengan pendosa; sebab pemungut cukai suka merampas dan memeras orang lain. Pajak yang seharusnya hanya lima puluh ribu, misalnya, dia minta sampai seratus ribu, dan seterusnya.
Tapi Yesus mengetuk hati Matius. Yesus hanya berkata: “Ikutlah Aku,” Matius pun meninggalkan pekerjaan dan kebiasaan buruknya, lalu mengikuti Yesus. Ini contoh yang baik untuk kita tiru. Maka, jika kita ingin menjadi murid Yesus, tinggalkan kebiasaan buruk yang selama ini kita lakukan, dan ikutilah Yesus. Yesus mau supaya kita menjadi perpanjangan tangan-Nya untuk menjangkau orang-orang yang ingin dijumpai-Nya.
Tuhan bilang kepada kita semua, “Ikutlah Aku”, maka kita pun harus mengikuti Dia. Kita harus ikut segala contoh yang ditunjukkan oleh Yesus. Kita tahu bahwa Yesus mengasihi semua orang, tidak tebang pilih, maka kita pun juga harus demikian. Kita harus mengasihi semua orang. Tuhan bilang “Yang Kukehendaki ialah belaskasihan.” Jadi, jika kita sudah bisa mengasihi Tuhan dan sesama, maka pastilah segala sifat buruk yang selama ini kita miliki: sombong, kasar, dan tidak sabar itu, dengan sendirinya akan hilang.
Marilah kita mendengar nasihat Paulus, kita belajar dari Matius, dan terutama mengikuti teladan dari Yesus. Semoga dengan itu, kita boleh dan layak menjadi murid-murid Tuhan. Amin.