Yesus Mengampuni Wanita Pendosa: Renungan Harian Katolik, Kamis 20 September 2018 — JalaPress.com; Injil: Luk. 7:36-50

Saudara-saudari yang terkasih, akhir-akhir ini banyak sekali orang bertingkah seperti ‘ahli surga’. Mereka dengan gampang mengatakan bahwa si A masuk surga dan si B masuk neraka. Cara berpikir sederhana seperti ini persis seperti yang dilakukan oleh orang-orang Farisi.

Orang-orang Farisi secara mutlak berpegang teguh pada seluruh hukum dan peraturan agama Yahudi. Mereka mengikuti Taurat Musa serta adat istiadat nenek moyang [Mat. 15:2] dan selalu berusaha mengikuti yang halal dan menghindari yang haram. Sampai di sini, tentu tidak ada masalah. Menjadi masalah ketika mereka mulai memaksakan kehendak mereka kepada orang lain, dan menghakimi orang lain.

Kita tahu bahwa keempat Injil banyak kali memuat cerita perseteruan antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Kelompok ini selalu berselisih paham dengan Yesus mengenai banyak hal, terlebih menyangkut pengampunan dosa.

Bagi orang-orang Farisi, yang namanya pendosa, harus dihukum. Kapanpun seseorang jatuh ke dalam dosa, maka ‘tidak ada kata maaf bagimu.’ Namun, tidaklah demikian bagi Yesus. Bagi Yesus, siapapun yang berdosa, asalkan dia mau mengakui dosanya dan bertobat, maka orang tersebut akan mendapat pengampunan. Sikap Yesus yang seperti itulah yang membuat orang-orang Farisi selalu melawan, menentang, dan mengkritik Yesus.

Dari sekian banyak bacaan yang mengisahkan perseteruan antara orang-orang Farisi dengan Yesus, bacaan Injil hari ini termasuk lain dari yang lain. Tidak biasanya, kali ini ada satu orang Farisi mengundang Yesus untuk makan di rumahnya. Yesus menerima undangan dari orang Farisi itu dan Ia pun datang makan di rumahnya. Ini sungguh luar biasa sebab peristiwa seperti ini jarang sekali terjadi.

Tetapi, cerita itu tidak berhenti di situ. Diceritakan bahwa ketika Yesus sedang duduk makan di rumah orang Farisi itu, datanglah seorang wanita ke rumah itu sambil membawa minyak wangi. “Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyaki-Nya dengan minyak wangi itu” (Luk 7:38).

Injil hari ini menerangkan bahwa wanita itu dikenal di seluruh kota sebagai seorang pendosa. Sudah lama ia ingin bertemu dengan Yesus. Maka, ketika dia mendengar bahwa Yesus datang makan di rumah orang Farisi itu, wanita itu pun datang ke rumah itu. Tentu hal itu tidak mudah bagi wanita itu untuk masuk ke rumah orang Farisi itu. Pertama, ia datang ke rumah itu tanpa diundang. Kedua, semua orang tahu bahwa dia adalah seorang pendosa. Namun, wanita itu tetap memberanikan diri untuk bertemu dengan Yesus di rumah itu.

Melihat apa yang dilakukan oleh wanita itu, orang Farisi itu sangat jengkel. Ia mau supaya Yesus mengusir wanita itu. Namun, Yesus tidak se-ide dengan orang Farisi ini; sebab Yesus datang untuk mengampuni orang yang berdosa, bukan untuk menghakimi. Yesus pun membuka mata hati orang Farisi itu dengan membandingkan apa yang dirinya lakukan terhadap Yesus dengan apa yang dilakukan oleh wanita pendosa itu terhadap Yesus.

Apa yang bisa kita pelajari dari peristiwa Yesus datang makan di rumah orang Farisi dengan peristiwa kedatangan wanita pendosa itu ke rumah orang Farisi itu? Setidaknya, ada dua hal yang bisa kita pelajari dari dua kejadian itu. Pertama, sekeras apapun sikap kita, kalau kita akhirnya mau membuka pintu hati kita untuk Tuhan dan mengundang-Nya, Tuhan pasti mau datang dan menerima undangan kita. Tuhan datang ke rumah orang Farisi itu karena dia mengundang-Nya. Tuhan tidak akan datang ke rumah kita kalau kita hanya sibuk mengeluh dan bersungut-sungut. Maka, undanglah Tuhan ke tempat kita, terutama ke dalam keluarga kita.

Kedua, Tuhan selalu memberikan kesempatan kedua bagi tiap-tiap orang untuk bertobat. Seseorang akan diampuni dosanya jika orang bersangkutan sudah ada niat dan usaha untuk bertobat. Yesus tidak akan mengampuni wanita pendosa itu jika wanita itu tidak mempunyai niat untuk bertobat. Maka, kalau kita mau supaya dosa kita diampuni oleh Tuhan, mulailah membangun niat dan usaha untuk bertobat.

Tak jarang kita menertawakan kesalahan orang lain. Kita lupa bahwa kita pun mempunyai banyak kesalahan. Memang, lebih mudah menertawakan kesalahan orang lain daripada memikirkan bagaimana cara kita untuk membantu orang itu. Kita harusnya ingat bahwa tidak ada orang yang jahat total di dunia ini. Setiap orang mempunyai sisi baiknya, meskipun orang bersangkutan dikenal sebagai penjahat kelas kakap. Maka, kalau Tuhan mau memberi kesempatan kedua kepada para pendosa untuk bertobat, mengapa kita justru menghakimi sesama kita? Semoga.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments