25.4 C
New York
Thursday, September 12, 2024

Natal Sudah Tiba, Mari Kita Belajar dari Para Gembala

Sejarah manusia dimulai dengan kisah yang tidak enak didengar, yakni tentang kejatuhannya ke dalam dosa (lih. Kejadian bab 3). Di satu sisi, dari pihak manusia, sebetulnya ada usaha untuk bangkit dari keterpurukan itu. Sayangnya, dengan mengandalkan kemampuan sendiri, manusia tidak sanggup. Sesering apa manusia berusaha, ternyata sesering itu pula mereka jatuh lagi. Di sisi lain, dari pihak Tuhan, ternyata ketika manusia berdosa, Tuhan tidak memilih untuk menghakimi dan menghukum, melainkan Ia mengampuni dan mengasihi.

[postingan number=3 tag= ‘natal’]

Sampai di sini sudah sangat jelas bahwa ketika berdosa, manusia membutuhkan bantuan dari Tuhan. Mula-mula, bantuan itu diberikan dengan cara memilih dari antara manusia itu sejumlah utusan atau nabi untuk menyampaikan pesan dari Tuhan. Namun ternyata banyak dari antara nabi yang diutus itu justru dibunuh. Maka, sekarang, Tuhan sendiri harus turun tangan. Ia harus datang sendiri, hidup di antara manusia, dan mengajar mereka.

Supaya bisa diterima oleh manusia, maka Tuhan memilih menjadi manusia. Hal ini sangat bisa terjadi ‘sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil’ (Luk. 1:39). Mengapa harus menjadi manusia? Sebab, jika Dia tidak menjadi manusia, maka manusia hanya akan mendengar suara-Nya, tapi tidak melihat fisik-Nya. Akibatnya, bukannya mendengarkan pengajaran-Nya, manusia justru akan lari terbirit-birit karena ketakutan.

Sejak awal, melalui para nabi, Tuhan memberi kabar kepada manusia tentang rencana kedatangan-Nya. Ada sederet nama nabi yang memberitakan tentang hal itu. Dan, apa yang sudah lama dinanti-nantikan, terjadi pada malam itu. Kitab Suci mencatat: “Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam” (Luk. 2:8). Malaikat Tuhan berkata kepada para gembala: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk. 2:11).

Ada rencana, ada janji. Tuhan menepati janji-Nya. Ia lahir sebagai manusia dan tinggal di antara kita. Kelahiran-Nya ke dunia mendatangkan keselamatan bagi manusia. Maka Yesaya mengabarkan: “Inilah yang telah diperdengarkan TUHAN sampai ke ujung bumi! Katakanlah kepada puteri Sion: Sesungguhnya, keselamatanmu datang” (Yes. 62:11).

Setelah malam yang kudus itu semua berubah. Gelapnya malam jadi terang benderang. Makanya, Yesaya mencatat: “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yes. 9:1).

Kalau kita tanya bagaimana perasaan para gembala ketika mendengar kabar tentang kelahiran Yesus, maka bisa dipastikan bahwa mereka sangat bersukacita mendengar berita itu. Tapi, mereka juga sadar bahwa bersukacita saja belumlah cukup. Perhatikan apa yang terjadi dengan mereka. Kitab Suci mencatat bahwa setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita”.

Di sini kita melihat bahwa kabar gembira itu benar-benar memberi semangat kepada mereka. Mereka sebetulnya lelah pada malam itu, sebab seharian mengurus kambing dan domba. Tapi, setelah mereka mendengar kabar tentang kelahiran Yesus, mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. Kelahiran Yesus memberi semangat.

Ini pun harus terjadi pada kita. Kalau selama ini kita merasa ditinggalkan oleh Tuhan, yakinlah itu hanya perasaan kita semata. Sebab, melalui perayaan Natal, kita diingatkan bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita. Dia justru tinggal beserta kita. Dialah Immanuel. Dan peristiwa ini terjadi bukan karena jasa kita, melainkan semata-mata karena Tuhan mengasihi kita. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus berkata: “Saudaraku terkasih, ketika kerahiman dan Allah serta Juru Selamat kita telah nyata kepada manusia, kita diselamatkan oleh Allah. Hal itu terjadi bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan, melainkan karena rahmat-Nya” (Tit. 3:4-5). Jika selama ini kita lesu, suka bermalas-malasan, datang ke Gereja juga hanya sesekali, maka Natal kali ini harus membuat kita bersemangat lagi. Mari kita belajar dari para gembala untuk menyambut kelahiran Tuhan dengan penuh semangat.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini