Pemberian dan Persembahan Janda Miskin: Renungan Harian Katolik, Minggu 11 November 2018 — JalaPress.com; Bacaan I: 1 Raj. 17:10-16; Bacaan II: Ibr. 9:24-28; Injil: Mrk. 12:38-44
Ada banyak pesan yang mau disampaikan kepada kita yang mengaku beriman dalam kisah tentang pertemuan nabi Elia dan janda pada bacaan pertama. Kadang kala dalam menghidupi iman, kita dituntut untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal atau mustahil bagi dunia. Seperti janda miskin, oleh nabi dia diminta untuk memberinya roti sedang dia (Janda) hanya memiliki segenggam tepung dan sedikit minyak. Dengan iman, dia memenuhi permintaan tersebut dan Tuhan melimpahkan anugerah yang tidak terhingga bagi janda dan anaknya. Mereka tidak mati kelaparan hingga tiba musim penghujan. Tuhan tidak mengambil apa pun dari kita, melainkan memberikan segalanya.
Dalam Injilnya, penginjil Markus mempertegas bahwa Tuhan tidak memandang jumlah dari persembahan melainkan membaca ketulusan hati. Janda miskin tidak hanya mempersembahkan dua keping recehan, tetapi ia memberi keseluruhan hidupnya ke dalam penyelenggaraan Tuhan (totalitas). Apakah kita seperti orang yang memberi dari kelebihannya atau seperti janda yang mempersembahkan keseluruhan hidup kita bagi Tuhan?
Yesus telah mengorbankan jiwa dan raga-Nya bagi keselamatan umat manusia. Dalam perayaan Ekaristi, kita mengenang sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus. Hendaknya setelah mendengar pesan Yesus melalui Sabda Tuhan dan dikuatkan oleh Tubuh dan darah-Nya, kita mampu mempersembahkan keseluruhan diri kita bagi kemuliaan Tuhan. Semoga.