Pemimpin yang Melayani: Renungan Harian Katolik, Minggu 23 September 2018 — JalaPress.com; Injil: Mrk. 9:30-37
Setiap kali kita buka facebook, semua orang membuat status dan postingan yang isinya tentang politik. Setiap kali kita menyalakan TV, hampir semua siaran TV mengangkat topik tentang politik. Maka, mau tidak mau, suka tidak suka, kita terbawa suasana. Kita juga bicara politik.
Berbicara soal politik, berarti juga berbicara soal kedudukan dan kekuasaan. Berbicara soal politik, berarti juga berbicara soal siapa yang akan berkuasa dan siapa yang akan menduduki posisi strategis di pemerintahan. Maka, supaya tujuan itu tercapai, orang berlomba-lomba untuk menjadi populer. Begitulah politik. Pertanyaan orang Politik adalah: “Kapan saya bisa berkuasa? Dan bagaimana saya bisa berkuasa?”
Entah apa yang terjadi, para murid Yesus melontarkan satu pertanyaan yang mengejutkan. Mereka mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka. Jawaban yang diberikan oleh Yesus tidak kurang mengejutkan. Tak disangka, Yesus berkata: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan bagi semuanya” (Mrk. 9:35).
Yesus membalikkan logika berpikir para murid. Mereka berpikir bahwa yang terbesar mestinya yang paling kuat pengaruhnya, yang paling dominan, dan yang paling berkuasa. Rupanya tidak demikian bagi Yesus. Yesus justru mau supaya mereka menjadi pelayan bagi satu sama lain.
Apa yang dikatakan oleh Yesus ini benar-benar di luar dugaan dan berbanding terbalik dengan apa yang dipikirkan oleh para murid. Dia meminta para murid-Nya supaya menjadi seperti anak kecil. Jadi, maksud Yesus di sini sangat jelas. Para murid dan tentu saja kita juga harus memupuk kerendahan hati seperti anak kecil. Tidak boleh ada persaingan atau keangkuhan.
Orang-orang Katolik sejati berupaya melayani, bukan menguasai. Melayani dengan rendah hati mendatangkan banyak berkat. “Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 18:4).
Dengan kata lain, jika kita mau menjadi yang terbesar, kita harus menjadi orang yang rendah hati, bukan orang yang tinggi hati; “Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” (Luk. 14:11).