-1 C
New York
Saturday, February 8, 2025

Penjala Ikan menjadi Penjala Manusia – Renungan Harian

Penjala Ikan menjadi Penjala Manusia: Renungan Harian Katolik, Kamis 6 September 2018 — JalaPress.com; Injil: Luk. 5:1-11

[postingan number=3 tag= ‘salib’]

Seorang nelayan profesional tahu persis mengenai waktu terbaik untuk melaut. Kapankah  waktu terbaik itu? Jawabannya selalu dan hampir pasti adalah malam hari. Mengapa? Karena pada malam hari, angin bertiup dari daratan ke lautan (atau angin darat). Bagaimana dengan siang hari? Pada pagi atau siang hari, para nelayan pulang dari lautan; karena angin bertiup dari lautan ke daratan (atau angin laut). Jadi, angin dimanfaatkan oleh para nelayan untuk pergi ke laut mencari ikan atau juga untuk kembali ke darat sehabis menangkap ikan.

Namun, tidak setiap malam adalah waktu terbaik untuk menjala ikan. Hanya malam gelap, tanpa ada sinar rembulan – itulah yang dimaksudkan dengan waktu terbaik bagi seorang nelayan untuk melaut. Mengapa? Alasannya, hanya pada saat malam gelap seperti itulah ikan-ikan yang semula berkeliaran di dasar laut dan tidak bisa dijangkau dengan pukat atau jala akan naik dan mencari makanan di permukaan laut dan bisa ditangkap dengan pukat atau jala.

Sebagai seorang nelayan profesional, Petrus tahu bahwa jika kegiatan menjala ikan pada malam hari saja tidak membawa hasil apalagi jika hal itu dilakukan pada siang bolong. Namun berkat imannya – yang meskipun masih disertai rasa ragu-ragu – ia melakukannya juga. Itulah sebabnya ia berkata, “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”

“Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga” (Luk. 5:5).

Imannya ini ternyata membawa dampak yang besar bagi pengalamannya selanjutnya. Ia menangkap sejumlah besar ikan. Kini matanya terbuka, bukan hanya dalam pengertian bahwa ia melihat ikan-ikan yang memenuhi perahunya, tetapi lebih dari itu, kini ia melihat kemuliaan Tuhan yang sedang bekerja atas dirinya dan mengenal Yesus sebagai Tuhan itu sendiri. “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa,” kata Petrus kepada Yesus. Ia merasa diri tidak pantas karena telah menaruh rasa ragu dalam dirinya. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Yesus berkata kepada Petrus, “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.”

Kisah yang berlatarkang suasana di pantai danau Genesaret ini mengajak kita untuk menyerahkan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup kita berdasarkan kehendak Tuhan. Banyak hal tentu saja tidak bisa kita mengerti, namun kalau Tuhan sendiri yang berkarya apapun itu akan terjadi. Tuhan memilih Petrus untuk menjadi penjala manusia, artinya ia dipilih untuk menarik banyak orang kepada Yesus. Bahan yang digunakan bukan lagi jala melainkan pewartaan dan kesaksian yang menarik dan mengesankan bagi banyak orang. Seperti Petrus, kita pun dipilih oleh Tuhan – asalkan kita mempunyai iman – untuk menjadi penjala manusia. Dengan kata lain, kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus melalui perbuatan kasih kepada semua orang.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini