-1 C
New York
Saturday, February 8, 2025

Percaya Tuhan atau Roboh karena Ujian — Renungan Harian

Percaya Tuhan atau Roboh karena Ujian: Renungan Harian, 02 Desember 2021 — JalaPress.com; Bacaan I: Yes. 26:1-6; Injil: Mat. 7:21,24-27

Orang bilang, ‘dunia adalah tempatnya ujian dan cobaan’. Atau dalam ungkapan lain, ‘panggung ujian’. Itu betul. Ujian dan cobaan itu dapat berupa penyakit, kematian, kemiskinan, kelaparan, dan sebagainya.

[postingan number=3 tag= ‘tuhan-yesus’]

Tiap-tiap orang, entah dia beriman atau tidak, pasti akan dan pernah menghadapi ujian dan cobaan dalam hidupnya. Bedanya hanya pada cara melihatnya. Orang yang tidak beriman akan melihat ujian dan cobaan sebagai malapetaka, sedangkan orang beriman akan melihatnya sebagai kesempatan untuk tetap berpegang teguh pada Tuhan.

Injil hari ini mengibaratkan ujian dan cobaan dalam hidup itu seperti hujan, banjir, dan badai; sedangkan orang beriman digambarkan seperti orang yang mendirikan rumah di atas batu; dan orang tidak beriman seperti orang yang mendirikan rumah di atas pasir.

Rumah yang dibangun di atas dasar batu, ketika dihantam oleh hujan, banjir, dan badai, maka rumah itu akan tetap berdiri tegak. Tetapi, rumah yang berdiri di atas pasir, ketika hujan, banjir, dan badai itu menghantamnya, maka hancurlah rumah itu.

“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya” (Mat. 7:24-27).

Apa maksud dari perkataan ini? Maksudnya adalah bahwa orang yang hidupnya tidak dibangun di atas dasar iman yang kuat, ketika ujian dan cobaan datang menimpanya, maka hancurlah dia. Sebaliknya, jika orang imannya kokoh, sekalipun ia ditimpa ujian dan cobaan, ia tetap berdiri tegak.

Tapi, yang namanya iman yang kuat itu yang bagaimana? Iman yang kuat itu adalah iman yang sungguh-sungguh, bukan yang setengah-setengah. Kitab Yesaya memberi pesan yang luar biasa kepada kita hari ini, katanya: “Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal” (Yes. 26:4).

Kita diajak oleh Nabi Yesaya supaya beriman kepada Tuhan secara sungguh-sungguh. Dan Matius, dalam Injil yang ditulisnya, memberi catatan bahwa orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan ibarat mendirikan rumah di atas batu. Kokoh. Kuat. Hujan, banjir, dan badai, tak akan dapat menghancurkannya. Cukup banyak contoh orang yang berhasil lolos dari badai kehidupan berkat imannya yang kuat terhadap Tuhan.

Tapi kan, iman itu urusan hati; dan yang bisa melihat hati seseorang hanya Tuhan. Bagaimana kita dapat tahu apakah seseorang itu sungguh-sungguh beriman atau tidak? Memang, iman itu urusan hati tapi tidak melulu urusan hati. Injil hari ini memberi keterangan bahwa yang namanya beriman itu tidak saja tersembunyi di dalam hati tapi juga harus ditunjukkan melalui tindakan nyata (dalam bahasa Kitab Suci: “mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya). Karena itu, kita sebenarnya bisa mengukur kadar keimanan seseorang dari tindakan-tindakannya; sebab apa yang dilakukannya keluar dari hati.

Kita mungkin merasa bahwa dengan kemampuan sendiri kita dapat melewati berbagai cobaan dan ujian dalam hidup. Kawan, kemampuan kita itu tidak seberapa. Ada banyak cobaan dan ujian dalam hidup ini yang tidak bisa kita selesaikan dengan kemampuan sendiri. Untuk bagian itu, hanya Tuhan yang bisa melakukannya. Itulah sebabnya kita harus percaya kepada-Nya. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak percaya Tuhan. Justru sebaliknya, ada banyak sekali alasan mengapa kita harus percaya kepada Tuhan. Karena itu, percayalah, jangan sampai tidak percaya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal. Betapa tidak bersyukurnya kita jikalau kita tidak beriman kepada Tuhan.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini