Misi Katolik bukan tentang banyak atau jumlah mereka yang bertobat, melainkan mengubah manusia dan dunia melalui kesaksian hidup tentang belas kasih dan cinta Allah.
Katolik adalah minoritas kecil di beberapa bagian negara seperti di Maroko, tidak lebih dari 1 persen namun itu tidak menjadi sebuah masalah atau persoalan.
Yesus tidak memilih dan mengutus kita untuk menjadi lebih banyak, tetapi kita dipanggil untuk bermisi. Yesus menempatkan kita di tengah-tengah masyarakat untuk menjadi ragi: ragi kegembiraan dan cinta persaudaraan yang dengan siapapun, semua orang Katolik dapat bekerjasama untuk menghadirkan kerajaanNya.
Keberhasilan misi Katolik bukan tentang banyaknya tempat yang dijangkau dan ditempati oleh orang Katolik, melainkan kemampuan menghasilkan perubahan dengan menghidupkan keajaiban kasih sayang.
Persoalannya bukan karena kita minoritas, tetapi ketika kita tidak menjadi berarti, ibarat garam yang tidak memberi cita rasa pada Injil atau lampu yang tidak lagi menerangi.
Di Maroko, hampir semuanya adalah Muslim. Katolik dipanggil untuk menjadi sakramen Allah yang terlebih dahulu memulai dialog dengan siapapun baik laki-laki maupun perempuan.
Melalui semangat iman, kita mengerjakan dialog kehidupan melalui kerjasama dengan saudara-saudari kita umat Muslim dalam bidang pendidikan, kesehatan, pelayanan bagi mereka yang berkebutuhan khusus, para janda dan para perantau atau buruh migran.
Para religius, kaum perantau, telah diberikan rahmat “untuk menjalin ikatan persahabatan dan kasih sayang dalam rasa hormat yang mendalam dengan semua orang, meskipun ada tantangan karena perbedaan budaya.
Dialog bukan sebuah model atau strategi, tetapi sebuah jalan mengikuti Yesus yang disentuh dan diubah oleh cinta, yang mencari semua orang dan memulai dialog dengan mereka.
Katolik tidak harus menyembunyikan siapa kita atau apa yang kita imani, tetapi harus membagikan iman kita dengan tetap menghargai iman yang lain. Dalam seluruh doa-doa kita, kita membangun dialog sebagai jalan yang membimbing semua orang kepada keselamatan.
Dalam doa, kita membawa semua orang bertemu dengan Tuhan, sebab kita tahu bahwa kita dikirim ke tengah-tengah dunia di mana Katolik adalah minoritas yang bukan untuk memimpin melainkan untuk mencintai dan mengasihi.
Dengan demikian, dialog menjadi doa. Sebuah doa tidak membedakan, tidak memisahkan, tidak mengucilkan, tetapi merangkul kehidupan sesama kita. Sebuah doa adalah pengantara yang berbicara kepada Bapa; “Datanglah Kerajaan-Mu, bukan dengan kekerasan, bukan dengan kebencian, bukan dengan kekuatan budaya, agama dan ekonomi, melainkan dengan kekuatan belas kasih (cinta) yang tercurah dari kayu salib untuk seluruh umat manusia.
Penerjemah: Pater Tuan Kopong MSF
Sumber: CBCP News