Hampir setiap kali menjelang Natal, selalu saja ada orang yang mengusik perhatian kita. Beginilah, begitulah. Bla…bla…bla… Saya sendiri sebetulnya bingung juga, kita yang merayakan Natal, kok mereka yang ribut?
[postingan number=3 tag= ‘adven’]
Mulai dari larangan ucapan selamat Natal franchise bakery asal Korea Selatan, Tous les Jours pada pertengahan November yang lalu, yang berhasil menarik perhatian sejumlah kalangan; adanya pelarangan penggunaan pakaian Natal oleh pengelola Mall Olimpic Garden (MOG) bagi karyawan toko di mal itu, yang ramai diperbincangkan warganet; hingga pelarangan merayakan Natal di di Kabupaten Dharmasraya, Sijunjung dan sejumlah daerah lain di Sumbar.
Tak ada lagi yang mengejutkan dari hal-hal seperti ini sebab sudah terjadi hampir setiap tahun. Anehnya, sama sekali belum ada upaya dari pihak yang berwenang untuk memperbaikinya. Atau, mungkin sudah ada upaya, tapi sejauh ini belum nampak hasilnya.
Sebetulnya, kita mesti malu dengan adanya polemik seperti ini. Mengapa? Karena dengan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ – berbeda-beda tapi satu jua, negara kita sejatinya menjunjung tinggi penghargaan terhadap keberagaman. Tapi, nyatanya, masih saja ada oknum-oknum yang anti terhadap kebhinnekaan.
Mau dibawa ke mana negeri kita ini? Apakah kebanggaan kita terhadap semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ cukup berhenti di bibir saja? Ataukah kita mau berusaha untuk benar-benar mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari? Semoga polemik Natal berhenti sampai di sini, dan tak ada lagi setelah ini.