19.2 C
New York
Saturday, April 19, 2025

Santo Valentinus dan Hari Valentine

Apakah Hari Valentine ada hubungannya dengan St. Valentinus? Dari pelajaran sejarah, kami mengetahui bahwa St Valentinus wafat sebagai martir pada tanggal 14 Februari.
~ seorang murid kelas delapan

Dalam martirologi kuno, disebutkan ada tiga St. Valentinus yang berbeda, yang pestanya sama-sama dirayakan pada tanggal 14 Februari. Sayangnya, kita tidak punya cukup catatan sejarah mengenainya. St. Valentinus yang pertama adalah seorang imam dan dokter di Roma. Ia, bersama dengan St. Marius dan keluarganya, menghibur para martir pada masa penganiayaan oleh Kaisar Claudius II. Pada akhirnya, St. Valentinus juga ditangkap, dijatuhi hukuman mati karena imannya, didera dengan pentung dan akhirnya dipenggal kepalanya pada tanggal 14 Februari 270. Ia dimakamkan di Flaminian Way. Di kemudian hari, Paus Julius I (thn 333-356) mendirikan sebuah basilika di lokasi tersebut yang melindungi makam St. Valentinus. Penggalian-penggalian arkeologis yang dilakukan pada tahun 1500-an dan 1800-an menemukan bukti akan adanya makam St. Valentinus. Tetapi, pada abad ke-13, relikwinya dipindahkan ke Gereja Santo Praxedes dekat Basilika St. Maria Mayor, di mana relikwi berada hingga sekarang. Juga, sebuah gereja kecil dibangun dekat Gerbang Flaminian di Roma yang dikenal sebagai Porta del Popolo, tetapi yang pada abad ke-12 disebut sebagai “Gerbang St. Valentinus,” seperti dicatat oleh ahli sejarah Inggris kuno William Somerset (juga dikenal sebagai William dari Malmesbury, wafat thn 1143), yang menempatkan St. Bede sebagai otoritas Gereja Inggris awali.

St. Valentinus yang kedua adalah Uskup Interamna (sekarang Terni, terletak sekitar 60 mil dari Roma). Atas perintah Prefek Placidus, ia juga ditangkap, didera, dan dipenggal kepalanya, dalam masa penganiayaan Kaisar Claudius II.

St. Valentinus yang ketiga mengalami kemartiran di Afrika bersama beberapa orang rekannya. Tetapi, tidak banyak yang diketahui mengenai santo ini. Pada intinya, ketiga orang kudus ini, yang semuanya bernama Valentinus, menunjukkan kasih yang gagah berani bagi Tuhan dan Gereja-Nya.

Kebiasaan populer mengungkapkan kasih sayang pada Hari Valentine nyaris kebetulan bertepatan dengan pesta sang santo. Pada Abad Pertengahan, terdapat kepercayaan umum di kalangan masyarakat Inggris dan Perancis bahwa burung-burung mulai berpasangan pada tanggal 14 Februari, “pertengahan bulan kedua dalam tahun.” Chaucer menulis dalam karyanya, “Parliament of Foules” (dalam bahasa Inggris kuno): “Sebab ini adalah hari Seynt Valentyne, di mana setiap burung datang ke sana untuk memilih pasangannya.” Oleh karena alasan ini, hari tersebut diperuntukkan bagi para “kekasih” dan mendorong orang untuk mengirimkan surat, hadiah, atau tanda ungkapan kasih lainnya.

Suatu contoh literatur lain mengenai peringatan Hari St.. Valentinus didapati dalam Dame Elizabeth Brews’ Paston Letters (1477), di mana ia menulis kepada John Paston, laki-laki yang hendak meminang puterinya, Margery: “Dan, saudaraku, hari Senin adalah hari St Valentinus dan setiap burung memilih pasangan bagi dirinya, dan jika engkau mau datang pada hari Kamis malam, dan bersedia tinggal hingga waktu itu, aku percaya kepada Tuhan bahwa engkau akan berbicara kepada suamiku dan aku akan berdoa agar kami dapat memutuskan masalah ini.” Sebaliknya, Margery menulis kepada John: “Kepada Velentineku terkasih John Paston, Squyer, kiranya surat ini sampai kepadamu. Kepada dia yang terhormat dan Valentineku terkasih, aku menyerahkan diriku, dengan sepenuh hati berharap akan kesejahteraanmu, yang aku mohonkan kepada Tuhan yang Mahakuasa agar dilimpahkan kepadamu sepanjang Ia berkenan dan sepanjang hatimu mengharapkannya.” Sementara berbicara mengenai perasaan cinta kasih Hari Valentine, tidak disebutkan sama sekali mengenai St. Valentinus.

Walau tampaknya saling bertukar ucapan selamat valentine lebih merupakan kebiasaan sekular daripada kenangan akan St. Valentinus, dan meski perayaan lebih jauh telah dikafirkan dengan dewa dewi asmara dan semacamnya, namun ada suatu pesan Kristiani yang sepatutnya kita ingat. Kasih Tuhan kita, yang dilukiskan amat indah dalam gambaran akan Hati-Nya Yang Mahakudus, adalah kasih yang penuh pengurbanan, yang tidak mementingkan diri, dan yang tanpa syarat. Setiap umat Kristiani dipanggil untuk mewujudnyatakan kasih yang demikian dalam hidupnya, bagi Tuhan dan bagi sesama.

Jelaslah, St Valentinus – tanpa peduli yang mana – menunjukkan kasih yang demikian, menjadi saksi iman dalam pengabdiannya sebagai seorang imam dan dalam mempersembahkan nyawanya sendiri dalam kemartiran. Pada Hari Valentine ini, seturut teladan santo agung ini, setiap orang hendaknya mempersembahkan kembali kasihnya kepada Tuhan, sebab hanya dengan berbuat demikian ia dapat secara pantas mengasihi mereka yang dipercayakan ke dalam pemeliharaannya dan juga sesamanya. Setiap orang hendaknya mengulang kembali janji kasihnya kepada mereka yang terkasih, berdoa demi kepentingan mereka, berikrar setia kepada mereka, dan berterima kasih atas kasih yang mereka berikan. Janganlah lupa akan sabda Yesus, “Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:12-13). St. Valentinus telah menunaikan perintah ini, dan kiranya kita melakukan hal yang sama.

Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and a professor of catechetics and theology at Notre Dame Graduate School in Alexandria.

sumber : “Straight Answers: The Elusive St. Valentine” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2003 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

Sumber: http://www.indocell.net/yesaya/pustaka2/id538.htm

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024), Ikut menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama penerbit Ethos Logos Pathos (2024-sekarang). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-2024), menjadi Wakil Kepala Sekolah SD Tarsisius 1 (Juli 2024-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini