19.2 C
New York
Monday, October 14, 2024

Valentine Day, Memuliakan Cinta Suci Bukan Cinta Buta

Santo Valentinus dari Roma

Penghargaan terhadap cinta suci dua insan manusia, pria dan wanita, kian hari menjadi tantangan. Terutama dengan tren zaman yang cenderung mendegradasi moral seksual dan perendahan martabat tubuh sesama.

Valentine Day mengingatkan kita kembali pada cinta suci dan pemuliaan tubuh itu. Kisah itu menjadi legenda sejak kehadiran Santo Valentinus. Sejarah Valentine Day pun tidak lepas dari kisah heroik sosok Santo Valentinus ini.

Valentinus, Uskup dan Dokter, Martir

Santo Valentinus dari Roma (Valentine of Rome) adalah seorang Uskup dan dokter yang berasal dari kota Roma. Ia menjadi martir karena menentang perintah Kaisar Klaudius II yang melarang menerimakan sakramen pernikahan bagi pasangan Kristen.

Valentinus ditangkap, dipenjarakan, lalu disiksa dan dihukum mati dengan cara dipenggal. Kemartiran Santo Valentinus, yang hari pestanya kini dikenal sebagai “Valentine Day” atau hari kasih sayang sedunia, terjadi pada tahun 269 di Via Flaminia Roma.

Sejarah Hari Valentine

Sebelum Paus Gelasius I (492-496) menetapkan tanggal 14 Februari sebagai Saint Valentine Day (pesta Santo Valentinus); bangsa Romawi telah merayakan 14 Februari dengan sebuah tradisi di mana para laki-laki menarik undian dari sebuah wadah yang besar, yang berisi nama para wanita yang akan menjadi pasangan mereka dalam berbagai bentuk perayaan pada tanggal tersebut, untuk menghormati dewi cinta Romawi yang bernama Februata Juno. Setelah bangsa Romawi menjadi Kristen, Gereja dengan tegas mengutuk tradisi penyembahan berhala tersebut. Salah seorang Imam yang berjuang keras menghapus tradisi ini adalah St.Valentinus.

Pada masa itu pula, Bangsa Romawi terlibat dalam banyak peperangan, sehingga Kaisar Klaudisius mengumumkan wajib militer bagi para pemuda Romawi. Banyak pemuda yang menolak ikut wajib militer karena tidak mau meninggalkan kekasih yang mereka cintai. Hal ini membuat Kekaisaran Romawi sulit untuk merekrut tentara.

Kaisar Klaudius lalu mengeluarkan dekrit kerajaan yang memerintahkan ke seluruh daerah bahwa tidak boleh ada lagi upacara pernikahan. Perintah ini ditentang oleh St.Valentinus yang merasa kasihan kepada pasangan-pasangan yang dipaksa untuk berpisah. Hingga suatu hari, St.Valentinus dengan diam-diam menerimakan sakramen perkawinan bagi sebuah pasangan yang sudah siap hidup dalam janji suci perkawinan. Dan segera terjadi banyak pernikahan di kota Roma seolah-olah dekrit kaisar di atas tidak pernah dikeluarkan.

Ketika berita ini sampai ke telinga Klaudius; sang Kaisar pun murka. St.Valentinus lalu ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Ia dipenjara, dianiaya, lalu dipenggal di Via Flaminian.

Pesta untuk Santo Valentinus ditetapkan pada setiap tanggal 14 Februari oleh Paus Gelasius I. Tanggal 14 Februari, yang pada masa pra-Kristen adalah hari untuk menghormati dewi cinta bangsa Romawi, telah diubah dan dikuduskan oleh Gereja menjadi perayaan untuk memperingati Santo Valentinus, seorang martir yang gugur membela Cinta Kasih dalam wujud Sakramen Pernikahan yang kudus.

Pada masa itu, Pesta santo Valentinus akan dirayakan dengan menerimakan sakramen perkawinan bagi banyak pasangan yang sudah dinyatakan siap. Banyak cinta akan disatukan dalam janji suci perkawinan dan banyak pasangan muda memasuki hidup baru. Banyak pesta akan digelar dengan meriah diseluruh penjuru kota Roma.

Saat ini, pesta Santo Valentinus telah menjadi sekular. Saint Valentine Day juga telah dimaknai serta dirayakan dengan cara yang sangat berbeda oleh berbagai kalangan, khususnya oleh kalangan di luar Gereja Katolik. Tidak soal, asalkan pesan cinta kasih perkawinan suci tetap menular.

Tulisan ini pernah dimuat di http://www.indonesiakoran.com/news/kolumnis/read/77111/valentine.day…memuliakan.cinta.suci.bukan.cinta.buta?fbclid=IwAR0G4ZqdszPIFdDC4rSRsa13b3R6G-f4rVnXYQKB59N8nLpWBi_8PoyXR7E

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (S2) Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta, PGRI (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini