26 C
New York
Saturday, September 21, 2024

Sejarah Singkat Kalender Masehi: Dihitung sejak Kelahiran Yesus dari Nazaret

Pada tahun 527 Kaisar Justinian memerintahkan Dionisius Exiguus (seorang biarawan, Sejarawan, Teolog, Matematikawan, dan Astronom ulung) untuk membuat perhitungan tahun berdasarkan kelahiran Yesus Kristus. Berdasarkan perintah itu, Dionisius Exiguus membuat kalender Masehi (Anno Domini). Kalender itu disebut Masehi karena merujuk kepada Yesus Kristus. Kalender ini disusun berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari.

[postingan number=3 tag= ‘natal’]

Selanjutnya, pada abad ke-15, Paus Gregorius XII memerintahkan beberapa orang ilmuan Ordo Jesuit antara lain, Dr. Aloysius Lilius dari Napoli-Italia untuk memperbaiki kekurangan dari kalender Julian Lama. Setelah melalui berbagai proses, akhirnya Paus Gregorius XII menetapkan sistem kalender ‘Julian Baru’ yang disebut kalender Gregorian (Anno Domini/Masehi) pada tanggal 24 Februari 1582.

Perbedaan Kalender Julius dan Gregorian

Kalender Julius berlangsung selama 365 hari, 6 jam dalam satu tahun. Sementara itu revolusi Bumi berlangsung selama 365 hari, 5 jam, 48 menit, 46 detik. Oleh sebab itu setiap 1 milenium, Kalender Julius kelebihan 7 sampai 8 hari (11 menit 14 detik per tahun).  Pada Kalender Julius, setiap tahun yang bisa dibagi dengan 4 disebut tahun kabisat. Berbeda dengan Kalender Gregorius, setiap tahun dengan kelipatan 100 dianggap sebagai tahun kabisat bila tahun itu bisa dibagi dengan 400. Misalnya tahun 1600, 2000, dan 2400 masuk dalam kategori tahun kabisat.

Tujuan awal Kalender Gregorian ini diciptakan untuk menentukan secara tepat penanggalan liturgi Gereja Katolik terutama tentang perayaan Paskah. Kalender Julius dinilai kurang akurat, karena permulaan musim semi tanggal 21 Maret semakin maju. Oleh sebab itu, perayaan Paskah yang sudah disepakati sejak Konsili Nicea I (325) tidak tepat (pada tahun 1582, jatuh pada hari Kamis 4 Oktober dan Jum’at 15 Oktober).

Kalender Gregorian dinilai sangat valid, akurat dan bermanfaat bagi banyak kalangan, maka diadopsi sebagai kalender yang dipakai di seluruh dunia hingga saat ini. Meskipun tahun Masehi sangat kental dengan sejarah Gereja Katolik, namun kini kalender tersebut digunakan secara umum, oleh semua kalangan di seluruh dunia. Oleh sebab itu, tahun baru masehi bermakna universal tanpa pandang bulu.

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (S2) Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta, PGRI (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini