19.2 C
New York
Saturday, April 19, 2025

Tak Perlu Takut Diubah, Ketika Berani untuk Mengubah

Ketidaksempurnaan tidak harus membuat kita takut untuk bersuara. Namun juga harus berani untuk diubah. Menjadi yang terkecil diantar terbanyak tak harus membungkam suara kebaikan kita untuk bisu dalam ketakutan. Tak juga harus memadamkan cahaya kebenaran hanya karena sebuah harmoni kehidupan yang harus dijaga, meski riak-riak gelombang kebencian terus menerpa.

Mensyukuri setahun perjalanan tanpa pernah menjadi seberkas cahaya di tahun yang baru hanyalah sebuah genderang sirene dan terompet yang berkahir ketika letupan kembang-kembang api membahana mewarnai angkasa yang seketika hilang meninggalkan aroma pengat.

Mensyukuri sejatinya membangun sebuah keberanian untuk diubah dan berubah. Tak ada hiasan terindah menghiasi panggung datangnya pergantian tahun selain keberanian untuk diubah. Tak ada cahaya terindah yang memberikan terangnya mencahayai semesta selain hati, budi, pikiran dan diri kita menjadi cahaya yang menyebarkan terang kehangatan menerangi persaudaraan dan cinta kita.

Tuhan sesungguhnya tak berharap banyak. Tuhan sejatinya tak menunggu banyak dari kita sebanyak niat kita memenuhi ruang-ruang kalender tahun yang baru. Satu yang Ia harapkan, menerima terang kedatangan-Nya:

Terang kritikan untuk mengubah yang buruk menjadi baik, Terang kerendahan hati untuk membakar menara kesombongan dan keangkuhan, Terang kebenaran untuk memadamkan hujatan dari budi dan hati yang gelap kelam oleh fanatisme.

Suara keberanian hanya menjadi sebuah suara dalam kesunyian ketika keberanian hanya berhenti pada sebuah hujatan, hanya berlabuh pada sebuah kesombongan berjemaah tanpa sebuah keberanian untuk diubah, tanpa sebuah ketulusan untuk mengamini keburukan, adalah sebuah penyangkalan bahkan pengkhianatan pada Dia yang adalah Terang.

Terang yang adalah Tuhan sudah ada dan selalu ada menyinari alam pikir dan seluruh ruang bathin kita dengan selaksa perintah serta larangan-Nya. Namun tak ada satupun yang menerima perintah-Nya, lantaran larangan-Nya yang adalah Terang dan Jalan bagi kita untuk diubah, justru dimanipulasi untuk menghalangi insan berbudi untuk melaksanakan perintah-Nya.

Tuhan tak pernah menghendaki larangan-Nya untuk menghalangi kebaikan. Lantaran larangan-Nya adalah terang yang menerangi budhi, larangan-Nya adalah Terang yang mengingatkan pikiran yang mengubah kegelapan menjadi Terang yang menerangi kebaikan. Lantas, haruskah memadamkan Terang atas nama larangan-Nya hanya untuk membakar bara kebencian menghanguskan kebaikan?

Terang itu adalah keberanian untuk diubah, ketika ada keberanian untuk mengubah orang lain. Terang itu adalah keberanian untuk menerima, ketika telah berani mengubah bahkan mengusik kehidupan insan lain. Terang itu adalah keberanian untuk menerima kesalahan, ketika telah berani menyalahi kebaikan dalam selaksa bahasa kebencian.

Terang itu sudah ada di sini, kemarin, hari ini dan yang akan datang. Namun seringkali harus kita akui bahwa kita menolak bahkan memadamkan-Nya lantaran bara kebencian telah menguasai alam pikir dan budhi kita membuat semuanya menjadi gelap. Terang itu sudah ada di sini, kemarin, hari ini dan yang akan datang tanpa pernah menanti datangnya pergantian tahun atau ucapan selamat tinggal untuk jejak setahun yang lalu, tetapi Dia hanya menanti sebuah pertobatan yang menjadikan kita sebagai terang yang berani untuk diubah ketika kita berani juga untuk mengubah.

Terang itu sudah ada di sini, kemarin, hari ini dan yang akan datang, namun sering ia tak diterima oleh insan-Nya (bdk. Yoh 1:1-18). Ia telah memberi diri, saatnya kita memberi diri untuk diterangi agar menjadi terang yang menyinari semesta dengan kebaikan dan persaudaraan. Semoga.

Manila: Desiyembre-31-2018

Pater Tuan Kopong MSF

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024), Ikut menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama penerbit Ethos Logos Pathos (2024-sekarang). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-2024), menjadi Wakil Kepala Sekolah SD Tarsisius 1 (Juli 2024-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini