Narasi tentang kebijaksanaan ditampilkan dengan sangat indah oleh St. Louis Mariae Grignion de Montfort (St. Montfort). Bagi Montfort, untuk mencintai dan mencari sang Kebijaksanaan Ilahi, pertama-tama kita harus mengenalnya.
[postingan number= 3 tag= ‘salib’]
Dalam salah satu karyanya yang terkenal “Cinta dari Kebijaksanaan Abadi”, Monfort mengungkapkan dengan indah tentang mengenal Sang Kebijaksanaan Abadi. Ia menuliskan: “Dapatkah kita mencintai orang yang tidak kita kenal? Dapatkah kita mencintai sepenuhnya orang lain? Bila orang itu dikenal sepintas lalu saja? (CKA, 8).”
Bagi Monfort, jiwa yang mencari dan mencintai adalah jiwa yang mengenal; yaitu jiwa yang mengetahui siapakah yang akan dicintai dan dicarinya. Ketika seseorang mengetahui siapa yang dicari dan dikenalnya, maka orang bersangkutan akan semakin bergairah untuk menemukannya.
Bagi kita orang Kristen, mengenal Yesus Kristus merupakan hal yang paling utama dan luhur; mengenal dan mencintai-Nya adalah panggilan yang hakiki. Panggilan itu merupakan panggilan yang paling mulia, sebab di dalam Yesus Kristus kita menemukan segala-galanya. Bagi Montfort, ‘mengenal Yesus Kristus Sang Kebijaksanaan Abadi berarti mengenal segala-galanya; mengenal segala-galanya dan tidak mengenal dia berarti tidak mengenal apa-apa’ (CKA 11).
Salah satu keunggulan untuk mengenal Sang Kebijaksanaan adalah misteri salib. Mengenal sang kebijaksanaan tidak akan pernah terlepas dari salib; karena salib adalah rahasia terbesar sang raja, rahasia terbesar dari kebijaksanaan kekal (bdk CKA 167), sebuah ungkapan yang hendak menegaskan bahwa betapa berbeda dan jauhnya pikiran manusia dari rencana Allah. Di hadapan Allah, manusia hanya makhluk lemah yang tidak lebih dari sebutir debu.
Salib mengungkapkan cinta kasih Allah, cinta yang tidak bisa dibendung oleh apapun. Cinta yang melampaui kemampuan manusia. Cinta yang total dan tanpa ukuran apapun.
Salib adalah cetusan tentang kebaikan Ilahi, sebuah kecapan akan kebijaksanaan. Mengapa? Jawabannya: karena salib identik dengan Yesus Kristus Sang Kebijaksanaan Abadi. St. Montfort pernah mengungkapkan bahwa ‘tak pernah ada salib tanpa Yesus dan tak pernah ada Yesus tanpa salib’. Bagi Montfort, mengenal salib merupakan anugerah yang diberikan kepada orang-orang istimewa. Karenanya, betapa bahagia orang yang menemukan karunia istimewa itu. Bagi mereka, salib itu membuat mereka berkenan kepada Allah (Bdk CKA 75).
Dalam kenyataan sehari-hari, tantangan salib bagi orang Kristiani sudah biasa. Sejak zaman para rasul hal itu telah ada dan dengan terang-terangan diungkapkan oleh Rasul Paulus “tetapi kami memberitahukan tentang Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah (1Kor 1:23-24).”
Rasul Paulus telah mengungkapkan tentang keheranan akan misteri salib. Bagi siapapun yang tidak percaya akan Kristus akan merasa heran tentang salib; sebab mereka tidak memiliki jiwa yang mencari dan mencintai Sang Kebijaksanaan.
Salib bukanlah sebongkah patung yang dipaku pada sepotong kayu. Akan tetapi salib memiliki arti melampui apa yang kita lihat.
Salib merupakan sebuah misteri yang mengantar setiap orang pada permenungan tentang arti dan makna hidup di dunia ini. Salib tiada lain adalah sebuah misteri untuk mengecap kebaikan ilahi. Salib bukanlah batu sandungan atau kebodohan bagi orang Kristiani, melainkan kebijaksanaan yang oleh Montfort disebut ‘baik dan berharga‘ karena banyak alasan:
1) Karena salib membuat kita mirip dengan Yesus Kristus. 2) Karena salib membuat kita pantas disebut anak-anak dari Bapa Kekal, anggota dari Yesus Kristus, dan bait bagi Roh Kudus. 3) Karena salib menerangi budi dan memberi pengetahuan lebih banyak daripada segala buku di seluruh dunia, “Barang siapa tidak diuji tidak banyak pengetahuannya” (Sir. 34:9). 4) Asal dipikul dengan cara tepat, salib merupkan sebab, penyedap dan bukti cinta kasih. Salib mengobarkan api cinta ilahi dalam hati kita. Seperti halnya kayu adalah makan bagi api, demikianlah salib merupakan makanan bagi cinta kita. Mengapa? Karena salib adalah bukti yang paling jelas untuk menyatakan bahwa orang mencintai Allah. 5) Salib adalah baik, karena merupakan sumber yang berlimpah-limpah bagi cinta kasih dan penghiburan, membawa serta kegembiraan bagi jiwa, damai dan rahmat. 6) Akhirnya, salib adalah baik karena ia menghasilkan bagi orang yang memanggulnya pahala kekal di surga (CKA 176).
Demikianlah gambaran agung dan mulia tentang misteri salib menurut Montfort. Misteri salib itu akan indah ketika direnungkan dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Salib itu merupakan bentuk persahabatan yang mengantar manusia supaya bersatu dengan Allah. Melalui misteri Kalvari, Allah hendak memperbaiki relasi dengan manusia. Tinggal bagaimana manusia datang dan bersujud di bawah kaki salib sebagaimana yang dilakukan oleh Maria, Maria Magdalena dan Yohanes.