Kisah populer dalam Kitab Keluaran 32:1-35 menceritakan tentang bagaimana Tuhan marah terhadap orang Israel karena mereka membuat patung anak lembu untuk disembah sebagai ‘allah lain’. Dengan ini menjadi jelas bagi kita bahwa Tuhan tidak melarang semua patung; tergantung patung itu dibuat untuk apa. Jika patung itu hanya sebatas sebagai alat peraga (seperti di sekolah), patung untuk permainan (untuk anak-anak), patung memorial (seperti patung Martin Luther di Jerman), atau patung sebagai sarana rohani (di Gereja), maka tidak dilarang. Yang dilarang oleh Tuhan adalah patung yang dibuat untuk disembah sebagai ‘allah lain’.
Sekali lagi, Tuhan tidak serta-merta melarang begitu saja pembuatan patung. Bukan hanya tidak melarang, Ia sendiri juga pernah menyuruh Musa membuatkan patung; bukan hanya satu kali tapi bahkan dua kali Ia menyuruh Musa membuatkan patung. Kisahnya bisa dibaca di dalam Kitab Keluaran 25:18-20.
Bukankah di situ Tuhan menyuruh Musa membuatkan patung Kerub? Kita mungkin berdalih bahwa Kerub itu adalah makhluk surgawi. Benar bahwa Kerub itu adalah makhluk surgawi. Tapi baca baik-baik konteks dari perikop itu. Di teks itu, Musa diperintahkan oleh Tuhan supaya membuatkan Kerub ‘dari bahan emas tempaan’ dan kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu (lih. Kel. 25:20). Apa arti dari kalimat ini? Artinya: kerub yang dibuat oleh Musa itu adalah benda mati, bukan makhluk.
[postingan number=3 tag=”patung”]
Lagipula, tidak mungkinlah Musa diperintahkan untuk menciptakan makhluk surgawi. Hanya Tuhan yang mempunyai kuasa untuk menciptakan mahkluk apapun di bumi dan di mana pun. Hanya Tuhan yang mempunyai kuasa untuk menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada: ‘creatio ex nihilo’. Musa diperintahkan membuat kerub dari bahan yang sudah ada, yaitu emas tempaan. Kerub yang terbuat dari emas tempaan dengan kerub yang adalah makhluk surgawi jelas tidak sama. Bagaimana mungkin kita menyebut sesuatu yang dibuat dari emas tempaan sebagai makhluk? Jelas tidak kan?
Tuhan sudah menciptakan Kerub, yang adalah makhluk surgawi itu; dan Ia juga sudah menempatkan mereka di Firdaus (lih. Kej. 3:24). Yang diperintahkan kepada Musa adalah replika dari kerub-kerub itu, bukan Kerub sebagai makhluk surgawi. Memang Kitab Suci tidak menyebut kata ‘patung’ di situ karena tanpa kata itu pun sebenarnya sudah sangat jelas maksudnya, yaitu bahwa yang diperintahkan itu adalah pembuatan patung. Makanya diterangkan di sana dengan frasa ‘dari emas tempaan’.
Dalam Keluaran 25:18-20, jelaslah Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat patung kerub bagi keperluan ibadah. Patung Kerub itu tidak dianggap sebagai allah lain dan tidak memerlukan pemujaan. Karena tujuannya baik, maka patung kerub ini bukan hanya dibolehkan oleh Tuhan tetapi bahkan diperintahkan pembuatannya; karena nantinya digunakan sebagai sarana rohani. Dari sini tampak sekali bahwa jika patung itu dibuat untuk keperluan ibadah, maka hukumnya bukan hanya dibolehkan tetapi bahkan diperintahkan oleh Tuhan.
Selain patung kerub dari emas tempaan, Tuhan juga menyuruh Musa membuatkan patung ular dari bahan tembaga (Bilangan 21:4-9). Di situ Musa tidak disuruh untuk menciptakan ular sebagai makhluk hidup, tetapi replikanya saja. Makanya diterangkan dengan sangat jelas di sana ‘dari bahan tembaga’, seperti halnya juga dengan kerub: ‘dari emas tempaan’.
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup” (Bil. 21:8). Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. Di sini, patung ular tidak disembah sebagai allah lain, melainkan sebagai instrumen bagi Tuhan untuk menunjukkan kuasa-Nya. Bahwasanya, orang-orang itu sembuh bukan karena patungnya, tetapi karena kuasa Tuhan yang digambarkan lewat patung ular itu.
Memang, kita juga membaca bahwa kemudian hari, raja Hizkia menghancurkan patung ular tembaga itu (lih. 2 Raj. 18:4). Tapi alasannya jelas: sejak peristiwa di padang gurun itu, rupanya orang Israel menyimpan ular tembaga itu; dan belakangan dengan tidak patut mulai menyembahnya, yakni dengan membuat asap korban untuknya. Jadi, ternyata, peristiwa tanda dahsyat ‘ular tembaga’ melalui Musa itu, membuat umat Israel cenderung menjadikan ‘ular tembaga’ itu sebagai ‘berhala’.
Raja Hizkia merasa perlu mengambil tindakan berhadapan dengan praktik yang salah itu. Maka, sebagai bagian dari reformasi agamanya, ia pun menyuruh agar ular tembaga yang berumur lebih dari 700 tahun tersebut diremukkan karena bangsanya telah menjadikan itu sebagai berhala. Jadi, patung ular tembaga itu dihancurkan pada zaman Hizkia, raja Yehuda, karena ibadah yang berkembang seputar patung ular tembaga itu.
Sekalipun ular tembaga itu pada awalnya merupakan benda sakral (yang dikhususkan), yang dipakai TUHAN untuk menyelamatkan bangsa Israel, tetapi setelah disimpan turun-temurun, benda itu kemudian menjadi berhala dan diperlakukan sebagai ‘Penyelamat’. Tuhan tidak berkenan akan hal itu sehingga bangsa Israel dihukum, hingga akhirnya muncul Hizkia, raja Yehuda yang mengasihi TUHAN dan menghancurkan berhala itu. “Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan” (lih. 2 Raj. 18:4).
Begitulah penjelasan soal penggunaan patung. Ini menandakan bahwa bukan hanya dibolehkan, tapi bahkan Tuhan memerintahkan pembuatan patung, sejauh patung itu digunakan sebagai benda rohani (untuk peribadatan) dan tidak disembah sebagai allah lain. Jadi, Tuhan tidak melarang pembuatan patung dalam arti umum, tetapi hanya patung yang dibuat untuk disembah sebagai allah lain, itulah yang dilarang pembuatannya oleh Tuhan.
Begitulah… Jika ingin membahas Segala sesuatu terutama dalam bidang agama… Harus Paham Sejarah Dan budaya Agama itu … Tq