Kita tahu bahwa tugas seorang nabi adalah untuk mengajar. Tapi sekarang ini kita harus hati-hati sebab apa-apa sudah ada KW-nya, ada versi palsunya. Seperti barang: ada yang asli, ada yang palsu; alamat juga: ada yang asli, ada yang palsu; demikian pula nabi: ada yang asli, ada juga yang palsu.
Nabi yang asli senantiasa menyampaikan pengajaran yang benar, yang membawa orang pada kebaikan. Maka, setiap orang yang dalam hidupnya mengajarkan orang lain untuk berbuat baik, tentang bagaimana caranya berdamai dengan sesama, tentang bagaimana mengasihi orang lain, tentang cara membantu orang yang membutuhkan pertolongan, dan berbagai hal baik lainnya; merekalah nabi-nabi yang sesungguhnya. Mereka itu bisa orang tua kita, sahabat kita, para pemimpin kita, dan sebagainya.
Lalu, bagaimana dengan nabi yang palsu? Mereka juga menyampaikan pengajaran, tetapi yang mereka ajarkan isinya cenderung menyesatkan banyak orang. Kita tidak perlu heran jika ada orang yang disebut sebagai nabi palsu sebab kita patut menyadari bahwa tidak semua orang di dunia ini tulus, ada juga yang modus. Tidak semua bisa dipercaya, ada juga yang tidak bisa dipercaya. Makanya, kita selalu diingatkan supaya senantiasa waspada. Tuhan Yesus bersabda: “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas” (Mat. 7:15).
Untuk membedakan antara nabi yang asli dan yang palsu tidaklah mudah sebab sepintas keduanya mirip meski sebenarnya tidak sama. Yang palsu akan berusaha sedemikian rupa sehingga tidak mudah dikenali. Mereka menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Yesus meminta kita supaya jangan sampai terkecoh. Kita harus tajam dan peka terhadap apa yang mereka ajarkan.
Para nabi palsu ini akan mengacau-balaukan hati nurani kita dengan berbagai pengajaran yang sesat. Maka, jangan sampai hati nurani kita tumpul sehingga tidak mampu lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah, antara yang baik dan yang buruk.
Sekarang ini, rasa-rasanya pengaruh dari pengajaran yang disampaikan oleh nabi-nabi palsu ini sudah mulai terasa. Lihat saja, untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, antara yang baik dan yang buruk saja sudah susah. Tidak jarang, yang salah dibenarkan, dan yang benar disalahkan. Yang namanya ujaran kebencian, fitnah, dan hoaks sudah menjadi hal yang lumrah; seolah itu hal yang biasa dan baik. Tetapi, coba lihat apa efeknya? Banyak orang sakit hati, dilecehkan, dan dikorbankan.
Masifnya penyebaran ujaran kebencian, fitnah, dan hoaks seolah mengajarkan kepada kita bahwa semua ini baik dan pantas untuk ditiru. Padahal, dalam kenyataannya tidak. Ini semua terjadi karena ada orang yang secara sengaja menggiring opini publik dan membenarkan perilaku jahat. Tidak jarang mereka justru berpakaian gamis dan tutur katanya manis. Mereka itulah yang dimaksudkan oleh Yesus sebagai ‘srigala berbulu domba’. Sepintas, kita akan melihatnya baik; sebab jika langsung kelihatan tidak baik, pastilah sejak awal orang akan menolaknya. Makanya kita harus jeli melihatnya supaya tidak terseret oleh pengajarannya yang menyesatkan itu.
Yesus mengajarkan kepada kita supaya mampu memilah dan memilih. Kita pilah mana yang benar dan mana yang salah, antara yang baik dan yang buruk. Kita diminta untuk memilih yang benar dan baik. Jangan pernah terkecoh oleh penampilan dan perkataan. Penampilan dan perkataan seringkali menipu. Orang bisa saja berpenampilan gamis dan bicara santun tapi perbuatannya merugikan banyak orang.
Sayangnya, masyarakat kita di negeri tercinta ini terlalu gampang untuk dibohongi. Asal penampilannya gamis dan perkataannya selalu seputar surga, sudah tidak perlu diragukan lagi omongannya. Setiap perkataannya langsung dipercaya. Kita tidak pernah berpikir kritis bahwa jangan-jangan kita sedang dibawa ke pengajaran yang menyesatkan.
Yesus memberi bocoran tentang bagaimana caranya mengetahui apakah seseorang itu tergolong nabi yang asli atau yang palsu. Yesus menggunakan analogi pohon. Ia bilang: “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka” (Mat. 7:16b). Sama seperti pohon, sepintas sama saja. Jika dilihat dari bentuk pohonnya sendiri, hampir tidak ada bedanya antara pohon yang baik dan pohon yang tidak baik. Maka, untuk membedakan keduanya, harus dilihat dari buahnya. Jika buah yang dihasilkannya baik, berarti pohonnya baik; sebaliknya jika buahnya tidak baik, berarti pohonnya memang tidak baik.
Dengan ini, Yesus ingin mengatakan kepada kita bahwa sebenarnya tidak susah untuk mencari tahu apakah seseorang itu mengajarkan sesuatu yang baik atau tidak. Gampang saja: lihat hasil perbuatannya. Orang yang baik pasti menghasilkan buah (hasil perbuatan) yang baik, yaitu menciptakan kedamaian; sedangkan orang yang jahat pasti menghasilkan buah (hasil perbuatan) yang tidak baik, salah satu contohnya: menyebabkan kehancuran / perpecahan.
Para penebar ajaran sesat memang menyamar seperti domba. Tetapi kita cukup mudah membedakannya. Jika apa yang diajarkannya menggiring kita ke hal-hal yang baik, berarti dia nabi yang asli; tetapi jika pengajarannya mengantarkan kita pada perpecahan dan kehancuran, pastilah dia nabi palsu.
Semoga kita selalu waspada dan hati terhadap pengajaran para nabi palsu; kalau kita tidak bisa menghasilkan perbuatan yang baik dalam Tuhan, kita bisa dibuang ke dalam api kekal (neraka). “Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api” (Mat. 7:19). Semoga kita tidak terjerumus ke dalam berbagai pengajaran yang menyesatkan. Amin.