8.1 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Katolik Menjawab: Yesus Tidak Mempunyai Saudara Kandung

Banyak orang mengira bahwa Yesus mempunyai saudara kandung. Mereka merujuk pada beberapa ayat dalam Kitab Suci, misalnya Mat 3:31; 6:3; 12:46; Yoh 2:12, Mat 12:46. Apalagi, pada Matius 1:25, Yesus disebut sebagai ‘anak sulung’; juga pada Matius 1:24-25 muncul kalimat “Tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki“.

[postingan number=3 tag= ‘saudara-yesus’]

Bagaimana kita menanggapi pandangan semacam itu? Pertama, istilah ‘saudara’ yang dalam bahasa Yunani disebut Adelphos – tunggal/ Adelphoi – jamak. Kata ‘adelphos/ saudara’ mempunyai banyak arti, antara lain saudara seiman (Kis 1:12-15; 11:1; 15:3,23,32; 21:7), saudara sebangsa (Yer 34:9; Neh 5:7; Kis 7:26; 13:15,38; 22:1; 28:17,21; Rom 9:3), dan kerabat (1Taw 15:5-18, 2 Raj 10:13).

Kedua, Abraham dalam Perjanjian Lama menyebut Lot sebagai saudara, padahal Lot adalah keponakan Abraham (bdk. Kej. 13:8; 14:14,16). Selain itu, Laban memanggil Yakub sebagai saudara, padahal Yakub adalah keponakannya (bdk. Kej. 29:15). Juga, Daud memanggil ‘saudara’ kepada Yonatan (bdk. 2 Sam. 1:26). Bahkan, Yesus sendiri menyebut ‘saudara-saudara’ kepada Rasul Petrus. Ia berkata: “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara- saudaramu” (Luk 22:32).

Injil Matius 27:56 dan Markus 15:40 menyebut nama-nama perempuan yang melihat Yesus dari jauh. Mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu dari anak-anak Zebedeus (bdk. Mat 27:56); Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus Muda, Yoses dan Salome (Markus 15:40).

Dari ayat-ayat itu kita bisa menyimpulkan bahwa ada beberapa Maria, antara lain Maria Ibu Yesus (Yoh. 19:26-27), Maria ibu Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas (Yoh. 19:26-27), Maria saudara Lazarus, dan Maria Magdalena. Dengan demikian jelas bahwa Maria ibu Yakobus dan Yusuf tidak sama dengan Maria, Ibu Yesus. Maria ibu Yakobus dan Yosef (Yusuf) disebut sebagai salah satu perempuan yang menyaksikan penyaliban Yesus dan yang ikut melihat kuburan Yesus yang kosong (bdk. Mat 27:56; Mrk 15:40, Mrk 16:1; Luk 24:10)

Ketiga, kata ‘saudara’ dalam Kitab Suci tidak selalu berarti ‘saudara kandung’. Meskipun Kitab Suci menyebut bahwa Yesus adalah ‘Anak Tunggal’, Ia tidak memiliki saudara kandung, baik laki-laki maupun perempuan. Adapun kalimat yang menyebut ‘saudara-saudara’ tidak pernah merujuk pada anak-anak Maria atau anak Yusuf.

Keempat, dalam budaya Yahudi, tidak mungkinlah adik-adik bertindak tidak sopan terhadap kakaknya. Maka, tindakan yang dilakukan oleh ‘saudara-saudara’ Yesus dalam cerita Kitab Suci, yang menilai bahwa Yesus tidak waras dan hendak mengambil Dia dari hadapan umum tidak, jelas bukanlah tindakan yang dilakukan oleh saudara-saudara kandung Yesus. Dengan demikian, ‘saudara-saudara’ yang dimaksud di dalam cerita itu bukanlah saudara kandung Yesus.

Kelima, peristiwa penyerahan Maria oleh Yesus kepada Yohanes (bdk. 19:25-27) semakin memperjelas bahwa Yesus tidak mempunyai saudara-saudara kandung. Jika Maria mempunyai anak-anak lain selain Yesus, tentu Yesus tidak akan menyerahkan Ibu-Nya itu kepada Yohanes. Sederhananya, jika Maria mempunyai anak lain selain Yesus, setidaknya Yesus memberikan pesan kepada Yohanes supaya saudara-saudara-Nya itu mengurus Maria, ibu mereka.

Keenam, frasa kata ‘anak sulung’ dalam Matius 1:25 merupakan istilah yuridis yang diberikan pada anak laki-laki pertama. Menurut Perjanjian Lama, ‘anak sulung’ laki-laki harus ditebus 40 hari setelah ia lahir (bdk. Kel. 34:20). Oleh sebab itu, sebutan ‘anak sulung’ tidak dimaksudkan untuk menyebut urutan lahir; tetapi sebagai tanda keistimewaan seseorang. Sebagai contoh, dalam Mazmur 89:27, Daud disebut sebagai ‘anak sulung’; padahal dia merupakan anak yang kedelapan (bdk. 1 Sam. 16). Dengan demikian, Yesus disebut sebagai ‘anak sulung’ semata-mata untuk menekankan keistimewaan dan kedudukan-Nya sebagai penyelamat manusia.

 Ajaran Bapa Gereja Katolik [1]

Pertama, Tertullian (213), “Dan sungguh, ada seorang perawan … yang melahirkan Kristus, supaya semua gelar kekudusan dapat dipenuhi di dalam diri orang tua Kristus, melalui seorang ibu yang adalah perawan dan istri dari satu orang suami” — (Tertullian, On Monogamy, 8).

Kedua, St. Athanasius (293-373) menyebut Maria sebagai ‘Perawan selamanya(St. Athanasius, Discourses Against the Arians, 2, 70, Jurgens, Vol.1, n. 767a).

Ketiga, St. Gregorius Nissa (330-395):  “Sebab jika Yusuf mengambilnya [Maria] untuk menjadi istrinya, demi maksud mempunyai anak-anak, mengapa Maria merasa heran pada saat pemberitaan kabar [oleh malaikat Tuhan], sebab jika demikian ia sendiri telah menerima bahwa akan menjadi ibu menurut hukum kodrat?”  (St Gregory of Nyssa, On the Holy Generation of Christ, 5)

Keempat, St. Epifanus (374): Allah Putera …. telah lahir sempurna dari Maria yang suci dan tetap Perawan oleh Roh Kudus….” (St. Epiphanus, Well Anchored Man, 120).

Kelima, St. Hieronimus (347- 420) tidak hanya menyebutkan keperawanan Maria, tetapi juga keperawanan Yusuf (lih. St. Jerome, The Perpetual Virginity of Blessed Mary, Chap 21).

Keenam, St. Agustinus dan St. Ambrosius (415), mengajarkan keperawanan Maria sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan Yesus Kristus, sehingga Maria adalah perawan selamanya (lih. St. Augustine, Sermons, 186, Heresies, 56; Jurgens, vol.3, n. 1518 dan 1974d).

Ketujuh, St. Petrus Kristologus (406- 450): “Sang Perawan mengandung, Sang Perawan melahirkan anaknya, dan ia tetap perawan” (St. Petrus Kristologus, Sermon 117).

Kedelapan, Paus St. Leo Agung (440-461) : “… a Virgin conceived, a Virgin bare and a Virgin she remained. – [Ia adalah seorang Perawan yang mengandung, Perawan melahirkan, dan ia tetap Perawan” (Paus St. Leo Agung, On the Feast of the Nativity, Sermon 22:2).

Kesembilan, St. Yohanes Damaskinus (676- 749) juga mengatakan hal yang serupa: “Ia yang tetap Perawan, bahkan tetap perawan setelah kelahiran [Kristus] tak pernah sampai akhir hidupnya berhubungan dengan seorang pria… Sebab meskipun dikatakan Ia [Kristus] sebagai yang ‘sulung’…. arti kata ‘sulung’ adalah ia yang lahir pertama kali, dan tidak menunjuk kepada kelahiran anak- anak berikutnya.” (St. Yohanes Damaskinus, Orthodox Faith, 4:14 ).

Ajaran Pendiri Gereja Protestan[2]

Pertama, Martin Luther (1483-1546): “Kristus Penyelamat kita, adalah buah yang nyata dan alami dari rahim Maria yang perawan …. Ini adalah tanpa kerjasama dari laki-laki, dan ia tetap perawan setelah itu. […] Kristus… adalah Anak laki-laki yang tunggal dari Maria dan Perawan Maria tidak melahirkan anak-anak lain selain Dia … Saya cenderung setuju dengan mereka yang menyatakan bahwa ‘saudara-saudara’ itu sesungguhnya berarti ‘saudara-saudara sepupu’ sebab Kitab suci dan orang-orang Yahudi selalu menyebut saudara sepupu sebagai saudara-saudara.” ((Martin Luther, Sermons on John)).

Kedua, John Calvin (1509-1564): Calvin mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak. Calvin mengatakan, “Helvidius menunjukkan ketidaktahuan yang berlebihan dengan menyimpulkan bahwa Maria mempunyai banyak anak, sebab saudara-saudara Yesus kerap kali disebut.” ((John Calvin, Harmony of Matthew, Mark & Luke, sec. 39 (Geneva, 1562), vol. 2 / From Calvin’s Commentaries, tr. William Pringle, Grand Rapids, MI: Eerdmans, 1949, p.215; on Matthew 13:55))

Ketiga, Ulrich Zwingli ((1484-1531):

“Saya yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap murni dan tetap perawan (‘forever remained a pure, intact Virgin’).”  (Zwingli Opera, Corpus Reformatorum, Berlin, 1905, v. 1, p. 424).

Referensi
[1] Mengutip www.katolisitas.org
[2] Ibid, www.katolisitas.org

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024), Menulis Itu Sehat & Hidup Itu Anugrah (2025), Ikut menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama penerbit Ethos Logos Pathos (2024-sekarang), Menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama PT. Mitra Laksana Pelita (2025-sekarang). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-2024), menjadi Wakil Kepala Sekolah SD Tarsisius 1 (Juli 2024-sekarang), Wakabid. Marketing, Humas & Pengembangan Usaha, Yayasan Bunda Hati Kudus (2025) Penulis dapat dihubungi melalui: Email: detianus.634@gmail.com Facebook: Silvester Detianus Gea. Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok https://www.tiktok.com/@orang_muda.katolik1. Akun Youtube: https://www.youtube.com/@Degeasofficial. LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/de-gea-000825389/.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini