5.3 C
New York
Thursday, November 20, 2025

Petrus, Sang Batu Karang

Hanya ada beberapa ayat yang menyebabkan ‘tumpahan tinta’ lebih daripada ayat Matius 16:17-19;

Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Bagi umat Katolik, teks ini sudah jelas. Kedua belas murid ada di tempat itu, tetapi Yesus menjanjikan memberikan kepada Petrus saja kunci-kunci kerajaan, yang menyimboliskan otoritas Kristus — otoritas sorga — atas kerajaan langit dan bumi, yang adalah Gereja. Akan tetapi jutaan umat Protestan percaya bahwa ada perbedaan penafsiran dalam teks Yunani tentang “bebatuan” sehingga menghapus makna akan Petrus sebagai batu karang.

“Engkau adalah Petros dan di atas Petra Aku akan mendirikan jemaat-Ku…” Batu pertama, Petros, diklaim mengacu kepada sebuah batu kerikil kecil yang tidak ada signifikansinya: Petrus. Batu kedua, Petra, diklaim berarti sebuah batu karang besar: yang bisa berarti antara Yesus sendiri atau pengakuan iman Petrus. Argumen berakhir dengan Yesus tidak membangun gereja-Nya di atas Santo Petrus melainkan di atas diri-Nya atau iman [seperti] Petrus.

Dibawah ini ada tujuh alasan, di antara berbagai alasan lainnya yang dapat kita telaah, mengapa Petrus tidak dapat disangkal sebagai batu karang tersebut:

1) Injil Matius.  Kita punya bukti yang cukup kuat, pada mulanya yang ditulis dalam dialek Aram. Santo Papias dan Santo Ireneus pada abad kedua mengatakan hal tersebut. Akan tetapi lebih penting lagi — dan lebih pasti — Yesus tidak mungkin mengatakan ucapan pada Matius 16 dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunani adalah bahasa dominan Kerajaan Romawi pada abad pertama, tetapi sebagian besar umat Yahudi awam dimana Yesus berceramah tidak akan fasih dalam bahasa tersebut. Dialek Aram adalah bahasa sehari-hari mereka.

Terlebih lagi, kita mempunyai bukti biblis — Yohanes 1:42 — yang mengacu kepada Yesus menggunakan dialek Aram dalam penamaan Petrus: “Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).”

Nama Kefas adalah bentuk dari kata Aram Kepha, yang berarti “karang”. Tidak ada ditemukan “kerikil” dalam pernyataan Yesus yang asli kepada Petrus.

Bahkan sarjana Protestan yang disegani setuju akan point ini. Sarjana Baptis D.A.Carson, menulis, dalam The Expositor’s Bible Commentary: Dasar dialek Aram dalam hal ini tidak bisa diragukan; dan amat sangat mungkin kepha digunakan dalam kedua klausul (“engkau adalah kepha” dan “di atas kepha ini”), karena kata tersebut digunakan baik sebagai nama dan sebagai kata benda “batu karang”. Kitab Suci dalam bahasa Peshitta (bahasa Syria, sebuah bahasa yang serumpun dengan dialek Aram) tidak membedakan antara kata-kata yang ditemukan dalam kedua klausul tersebut.

2) Dalam Yunani Koine (dialek Yunani yang digunakan oleh penulis kitab-kitab Perjanjian Baru), petros dan petra adalah bentuk maskulin dan feminim dari kata-kata yang berakar sama dan mempunyai definisi yang sama — batu karang. Tidak ada “kerikil” ditemukan dalam teks Yunani. Jadi mengapa Santo Matius menggunakan kedua kata ini dalam ayat yang sama? Petra adalah kata yang umum digunakan untuk “batu karang” dalam bahasa Yunani. Dia menggunakan sebanyak lima belas kali untuk mengartikan “batu karang,” “batu-batuan”, atau “berbatu-batu” dalam Perjanjian Baru. Petros adalah istilah Yunani kuno yang tidak umum digunakan dalam Yunani Koine sama sekali. Faktanya, ia tidak pernah menggunakan dalam Perjanjian Baru, terkecuali sebagai nama Petrus setelah Yesus menggantinya dari Simon menjadi Petrus. Sesuai alurnya saat Santo Matius menerjemahkan, dia menggunakan kata petra untuk “batu karang.” Tetapi dengan melakukan hal tersebut, dia menemukan sebuah masalah. Petra adalah bentuk kata feminim. Tidaklah sesuatu hal yang patut untuk menyebut Petrus Petra. Ini akan sama dengan menyebut seorang laki-laki “Hermawati” atau “Yuliawati” dalam bahasa Indonesia[a]. Maka dari itu, petros digunakan selain petra untuk nama Petrus.

3) Ada beberapa kata dari penulis tersirat yang dapat digunakan sebagai karang atau batu dalam bahasa Yunani. Petra dan lithos adalah yang paling umum. Kata itu dapat digunakan secara bergantian. Konotasi akan “besar” atau “kecil” dari kedua kata tersebut tergantung pada konteksnya. Kedua kata tersebut berarti karang atau batu.

Craig S. Keener, seorang sarjana Protestan, pada halaman 90 dari “The IVP Bible Background Commentary of the New Testament”, menyatakan: “Dalam kata Yunani kata petros dan petra adalah istilah dari akar yang sama, yang digunakan bergantian pada periode ini…”

D.A. Carson menunjukkan bahwa perbedaan besar/kecil memang ada dalam bahasa Yunani, tetapi itu hanya ditemukan dalam Yunani kuno (digunakan pada masa abad delapan sampai dengan abad empat Sebelum Masehi), dan hal itu terbatas pada bentuk puisi. Perjanjian Baru ditulis dalam Yunani Koine (digunakan dari abad ke-empat Sebelum Masehi sampai dengan abad ke-lima Masehi). Carson sependapat dengan Keener dan umat Katolik bahwa tidak ada perbedaan dalam definisi antara petros dan petra.

Salah satu kamus Yunani yang paling banyak digunakan di antara kaum Evangelis adalah “Gerhard Kittel’s Theological Dictionary of the New Testament”. Dalam pernyataan mengenai Matius 16:18, Dr. Oscar Cullman, seorang editor penyumbang akan karya tersebut, menulis: Permainan kata-kata yang sangat jelas masuk ke dalam teks Yunani tersebut… memberikan kesan identitas material antara petra dan Petros… sebagaimana adalah hal mustahil untuk membedakan secara sempit antara kedua kata tersebut… Petros sendiri adalah petra itu, tidak hanya imannya maupun pengakuannya… ide para reformer bahwa ia mengacu kepada iman Petrus adalah hal yang agak susah dibayangkan… Karena tidak ada referensi disini kepada iman Petrus. Melainkan, pararelisme antara “engkau adalah Karang” dan “di atas karang ini akan kudirikan” menunjukkan bahwa karang kedua hanyalah bisa sama dengan karang pertama. Maka dari itu sangat nyata bahwa Yesus mengacu kepada Petrus, kepadanya Dia telah memberikan nama Karang… Sejauh poin ini eksegesis Katolik Roma adalah benar dan semua upaya Protestan untuk menghindari interpretasi ini haruslah ditolak.

Baca Juga:

4) Bila Santo Matius ingin membedakan “bebatuan” dalam teks, dia kemungkinan besar akan menggunakan ‘lithos’. Seperti dinyatakan di atas, ‘lithos’ dapat mengacu kepada karang besar, tetapi ia lebih umum digunakan untuk menyebut batu kecil. Tetapi, ada kata ketiga yang dapat digunakan Santo Matius yang selalu berarti batu kecil: psephos. Kata tersebutu digunakan dua kali dalam Wahyu 2:17 sebagai “batu” saat Yesus berkata, “Barangsiapa menang, kepadanya akan Kuberikan dari manna yang tersembunyi; dan Aku akan mengaruniakan kepadanya batu putih, yang di atasnya tertulis nama baru, yang tidak diketahui oleh siapapun, selain oleh yang menerimanya.” Disini kita mempunyai satu kata Yunani yang tidak seperti lithos atau petra dan selalu mempunyai konotasi “batu kecil”, atau “kerikil”.

5) Sebuah garis pemikiran yang lebih sepele menjauh dari bahasa-bahasa asal dan menyelidiki konteks sekejap dari kalimat tersebut. Perhatikan, Tuhan kita berkata kepada Santo Petrus dalam Matius 16:17-19:

Dan Yesus menjawabnya, “Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Yesus menggunakan kata orang kedua personal tujuh kali hanya dalam tiga ayat. Konteksnya sudah jelas akan Yesus yang mengkomunikasikan otoritas unik kepada Petrus. Lebih lagi, Yesus digambarkan sebagai pendiri Gereja, bukan gedungnya sendiri. Dia berkata, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku”. Yesus adalah “orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu” (Matius 7:24) dalam Injil Matius. Sekali lagi, tidak masuk akal bila  konteksnya Yesus membangun Gereja di atas diriNya. Dia membangunnya diatas Petrus.

6) Banyak orang yang melewatkan pentingnya perubahan nama Simon menjadi Petrus. Saat Allah mewahyukan kepada orang-orang tertentu akan panggilan baru yang radikal dalam Kitab Suci, Dia kadangkala mengubah nama mereka. Khususnya, kita menemukan ini dalam panggilan para Bapa Bangsa. Abram (“bapa yang agung” dalam Ibrani) diubah menjadi Abraham (“bapa bangsa-bangsa”). Yakub (“pengganti”) menjadi Israel (“Ia yang berjalan dengan Allah”). Bahkan, ada pararel yang menarik antara Abraham dengan Santo Petrus. Dalam Yesaya 51:1-2, kita baca: “Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengejar apa yang benar, hai kamu yang mencari TUHAN! Pandanglah gunung batu yang dari padanya kamu terpahat, … Pandanglah Abraham, bapa leluhurmu,…” Yesus disini membuat Santo Petrus sebagai “bapa” sejati kepada keluarga beriman, seperti Allah membuat Abraham “bapa” sejati kita dalam Iman (Bdk. Roma 4:1-18; Yakobus 2:21).

7) Saat kita memahami bahwa Kristus adalah “putra Daud” sejati yang datang untuk memulihkan Kerajaan kenabian Daud, kita memahami bahwa Kristus dalam Matius 16, seperti Raja Israel, sedang menunjuk seorang “perdana mentri” di antara para mentrinya — para rasul — dalam Kerajaan-Nya. Yesaya 22:15-22 memberikan kita gambaran akan pelayanan “perdana mentri” dalam Israel kuno: Beginilah firman Tuhan, TUHAN semesta alam: “Mari, pergilah kepada kepala istana ini, kepada Sebna yang mengurus istana, dan katakan: …Sesungguhnya, TUHAN akan melontarkan engkau jauh-jauh, … Aku akan melemparkan engkau dari jabatanmu, dan dari pangkatmu engkau akan dijatuhkan. Maka pada waktu itu Aku akan memanggil hamba-Ku, Elyakim bin Hilkia: Aku akan mengenakan jubahmu kepadanya dan ikat pinggangmu akan Kuikatkan kepadanya, dan kekuasaanmu akan Kuberikan ke tangannya; maka ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda. Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.

Dalam Wahyu 1:18, Yesus menyatakan, “…Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Dia kemudian mengutip ayat dari Yesaya dalam Wahyu 3:7: “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.” Tiada seorang Kristen yang menyangkal bahwa Yesus adalah sang Raja yang mempunyai kunci-kunci tersebut. Kepada siapa dia mempercayakan kunci-kunci tersebut? Hanya kepada Petrus!

Ditulis oleh Tim Staples

Catatan Kaki:

[a] Dalam teks asli oleh Tim Staples menggunakan analogi: ‘“Valerie” or “Priscilla” in English’

Sumber: http://www.catholic.com/blog/tim-staples/peter-the-rock

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024), Menulis Itu Sehat & Hidup Itu Anugrah (2025), Ikut menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama penerbit Ethos Logos Pathos (2024-sekarang), Menulis buku "Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti" bersama PT. Mitra Laksana Pelita (2025-sekarang). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-2024), menjadi Wakil Kepala Sekolah SD Tarsisius 1 (Juli 2024-sekarang), Wakabid. Marketing, Humas & Pengembangan Usaha, Yayasan Bunda Hati Kudus (2025) Penulis dapat dihubungi melalui: Email: detianus.634@gmail.com Facebook: Silvester Detianus Gea. Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok https://www.tiktok.com/@orang_muda.katolik1. Akun Youtube: https://www.youtube.com/@Degeasofficial. LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/de-gea-000825389/.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini