7 C
New York
Friday, March 29, 2024

Buka Mata Hati, Tuhan Mau Kita Peduli

Buka Mata Hati, Tuhan Mau Kita Peduli: Renungan Harian, 15 November 2022 — JalaPress.com; Bacaan I: Why. 1:1-4; 2:1-5a; Injil: Luk. 18:35-43

Hari ini – melalui Injil Lukas – kita mendengar atau membaca kisah tentang seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Siapa namanya? Di Injil Lukas namanya tidak disebutkan. Tapi, di Injil yang lain, yakni di Injil Markus, kita diberitahu bahwa namanya adalah Bartimeus (Mrk. 10:46).

[postingan number=3 tag= ‘tuhan-yesus’]

Ketika mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: “Ada apa itu?” Dan, ketika orang-orang memberitahu dia bahwa Yesus, orang Nazaret, sedang lewat, ia tidak mau kehilangan kesempatan. Ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku”. Orang-orang yang berjalan di depan, menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!”

Buta adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa melihat.

Orang itu memang buta matanya, tetapi hatinya tidak. Hatinya dengan jelas melihat kepada siapa dia harus berteriak minta tolong. Tuhan Yesus yang mengetahui keberadaannya menghentikan langkah-Nya dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Ia pun bertanya kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Di hadapan Yesus, orang buta itu menjawab: “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Maka, sebagai jawaban atas permintaannya, ia menerima pesan pembebasan dari Tuhan: “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau” (Luk. 18:42).

Buta adalah kondisi ketika seseorang tidak bisa melihat, baik pada satu mata (buta parsial) maupun kedua mata (buta menyeluruh). Di antara kita barangkali ada banyak saudara dan saudari kita yang mengalami hal semacam ini. Untuk mereka, kita mohonkan kesembuhan dari Tuhan.

Mata yang buta membuat seseorang tidak bisa melihat. Tapi, dalam kondisi seperti itu, biasanya Tuhan memberi kesanggupan lain sehingga si buta masih bisa merasakan keberadaan obyek di sekitar. Yang parah itu kalau matanya bagus, tapi hatinya yang buta.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti buta hati adalah tidak berperasaan belas kasihan. Ada orang susah diabaikan. Dalam cerita Injil hari ini, contoh orang-orang yang buta hati ini adalah mereka yang berjalan di depan, yang mengabaikan teriakan si Bartimeus. Bukannya membantu si buta supaya bertemu dengan Yesus, mereka malahan menegur dia supaya ia diam.

Buta hati adalah tidak berperasaan belas kasihan.

Kita sendiri sebenarnya juga seringkali mengalami buta hati, yaitu ketika kita tidak peduli terhadap kesusahan orang lain. Sebab itu, apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terhadap si buta merupakan teguran keras bagi kita. Sesibuk apapun kita, jangan mengabaikan saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita.

Begitu pentingnya kepedulian terhadap sesama, sampai-sampai Kitab Wahyu memberikan wejangan yang cukup panjang soal ini. Di dalam Kitab Wahyu dikatakan bahwa melalui Yohanes, Tuhan sendiri bersabda:

“Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah” (Why. 2:2-3).

Siapa sih di dunia ini yang tidak sibuk? Semua orang sibuk. Tuhan juga tahu kesibukan, jerih payah, dan ketekunan kita. Ia tahu bahwa selama ini kita membenci yang jahat. Ia bahkan tahu bahwa kita begitu mencintai-Nya, sampai-sampai rela menderita karena nama-Nya. Tapi, itu semua belum cukup kalau kita tidak membuka mata hati kita untuk sesama.

Tuhan bersabda: “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat” (Why. 2:4-5).

Tuhan menuntut supaya kita bertobat dan mengasihi saudara-saudari yang membutuhkan. Mari kita minta kepada Tuhan agar Ia sudi membuka mata hati kita sehingga kita lebih jernih lagi melihat penderitaan sesama dan menjadikan kesusahan orang lain sebagai undangan bagi kita untuk berbuat baik. ***

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini