26 C
New York
Saturday, September 21, 2024

Jangan Bilang Setia Kalau Masih Takut Mengambil Resiko

Jangan Bilang Setia Kalau Masih Takut Mengambil Resiko: Renungan Harian, 16 November 2022 — JalaPress.com; Bacaan I: Why. 4:1-11; Injil: Luk. 19:11-28

[postingan number=3 tag= ‘tuhan-yesus’]

Perumpamaan tentang ‘uang mina’ dalam Injil hari ini tampaknya mengandung dua tujuan. Pertama, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari masa Gereja Perdana mengenai kedatangan kembali Yesus dan apa yang harus dilakukan sementara Ia tidak ada. Intinya adalah bahwa para hamba hendaknya jangan hanya duduk-duduk melainkan harus melanjutkan pekerjaan-Nya sementara Ia tidak ada (Kis. 1:8-11). Kedua, untuk mengingatkan kita bahwa di dunia ini kita mempunyai tugas yang harus dikerjakan.

Ketika si bangsawan dalam perumpamaan menyerahkan uang mina kepada para hambanya, ia menyampaikan pesan yang sangat jelas: “Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali” (Luk. 19:13). Pakailah ini. Artinya uang mina yang diberikan itu bukan untuk disimpan, melainkan untuk digunakan. Untuk berdagang. Berdagang selalu mengandung resiko, sebab bisa untung bisa juga rugi. Sampai aku datang kembali. Si pemberi uang mina akan kembali untuk meminta pertanggungjawaban dari para hamba yang sudah menerima uang mina itu.

Orang yang berinisiatif mengembangkan bakat dan kemampuannya diberi hadiah sedangkan orang yang takut mengambil resiko diberi hukuman.

Melalui perumpamaan ini kita diingatkan bahwa Tuhan telah menganugerahkan ‘uang mina’ berupa bakat dan kemampuan kepada kita ciptaan-Nya dan pada gilirannya nanti Ia akan menuntut pertanggungjawaban dari kita atas semua itu’.

Sayangnya, ada orang yang dengan sengaja memendam bakat dan kemampuan yang diterimanya dari Tuhan. “Dan hamba yang ketiga datang dan berkata: Tuan, inilah mina tuan, aku telah menyimpannya dalam sapu tangan. Sebab aku takut akan tuan, karena tuan adalah manusia yang keras; tuan mengambil apa yang tidak pernah tuan taruh dan tuan menuai apa yang tidak tuan tabur” (Luk. 19:20-21).

Kalau itu kita lakukan, maka kesetiaan kita kepada Tuhan patut dipertanyakan. Sebab, kesetiaan kepada Tuhan hanya bisa ditunjukkan dalam tanggung jawab mengembangkan bakat dan kemampuan yang telah kita terima dari-Nya, apapun resikonya. Semoga kita menjadi orang yang setia. Amin.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini