Doa Pembuka Misa Hari Minggu Adven II dan Minggu Adven III Tahun C (lih. Misa Hari Minggu dan Hari Raya (Edisi Revisi). 2011. Yogyakarta: Kanisius) berbunyi:
“Ya Allah yang penuh kasih, Engkau menyediakan sukacita yang sejati bagi dunia dan menghendaki agar kami hidup dalam damai dan cinta kasih. Kami mohon, nyatakanlah cinta kasih-Mu kepada kami dan berkatilah kami dalam menyongsong kehadiran Duta kasih setia-Mu. Dialah Yesus Kristus, Putra-Mu, yang bersama Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.”
Dari doa yang singkat dan padat ini, saya mengajak Anda sekalian untuk merenungkan dan mendalami dua poin penting, yang menurut saya, terkandung di dalamnya.
[postingan number=3 tag= ‘iman-katolik’]
Pertama, dari pihak Allah, bahwa Allah menyediakan sukacita sejati bagi dunia
Menurut saya, dengan perkataan ini mau disampaikan bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak bersukacita! Mengapa? Karena Allah sudah menyediakan sukacita yang sejati bagi dunia, bagi kita. Di mana kita bisa mendapatkan sukacita itu? Sukacita yang sejati itu kita dapatkan di dalam Kristus. Sebab, alasan terbesar kita untuk bersukacita adalah karena kita telah diselamatkan. Kita diselamatkan melalui korban Tuhan Yesus di kayu salib. Karena itu, setiap kali kita merasa sangat menderita, ingatlah bahwa Tuhan Yesus sudah mengambil penderitaan kita dan sudah menggantinya dengan keselamatan dan kehidupan.
Kedua, dari pihak kita, bahwa Allah menghendaki agar kita hidup dalam damai dan cinta kasih
Doa yang mengandung pesan ini ditujukan kepada dunia, kepada kita semua, apapun agama kita. Karenanya, pesan ini sifatnya adalah universal, berlaku untuk semua. Dengan ini dimaksudkan agar semua agama mengajarkan umatnya untuk memiliki damai dan cinta kasih di dalam dirinya.
Ingat, Tuhan tak pernah menginginkan adanya permusuhan dan kekerasan. Sebaliknya, Ia menghendaki damai dan cinta kasih. Karena itu, damai dan cinta kasih seharusnya menjiwai semua orang, apapun agamanya. Dan memang itulah yang diajarkan dalam agama-agama. Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan kekerasan.
Sayangnya, ajaran yang baik yang ada di dalam agama-agama itu berbanding terbalik dengan fakta di lapangan. Fakta menunjukkan bahwa ada saja oknum yang mengatasnamakan agama dan Allah untuk menebar ujaran kebencian dan kekerasan. Mau bukti? Lihat saja ceramah dari tokoh-tokoh agama di kanal Youtube. Banyak yang isinya baik, tapi tidak sedikit juga yang berisi ujaran kebencian dan ajakan untuk berbuat kekerasan. Yang terakhir ini jelas bukan yang dikehendaki oleh Tuhan, meski orang tersebut mengatasnamakan Tuhan dalam ceramahnya.
Tidak mungkinlah Tuhan menghendaki perpecahan di antara ciptaan-Nya. Sebab itu, ketika ada orang menebarkan ujaran kebencian dan kekerasan, jangan bilang itu dari Tuhan, sebab yang dari Tuhan hanya yang baik-baik. Di luar daripada itu berasal dari si jahat.
Jika ada orang mengatasnamakan Tuhan dalam menebar ujaran kebencian dan kekerasan, kita bisa pastikan bahwa dia sebenarnya salah mengira. Barangkali yang dimaksudnya bukan atas nama Tuhan melainkan hantu. Tindakannya itu jelas menunjukkan bahwa dia tidak sedang berada di bawah kuasa Roh Kudus melainkan sedang dirasuki setan. Sekali lagi, jangan membawa nama Tuhan untuk suatu tindakan yang tidak mencerminkan ajaran Tuhan. Semoga kita semua hidup dalam damai dan cinta kasih. Damai di hati, damai di bumi.