4.7 C
New York
Monday, March 24, 2025

Kebangkitan Orang Mati, Penghiburan Abadi dari Tuhan

Kebangkitan Orang Mati, Penghiburan Abadi dari Tuhan: Renungan Minggu Biasa XXXII, 06 November 2022 — JalaPress.com; Bacaan I: 2 Mak. 7:1-2,9-14; Bacaan II: 2 Tes. 2:16 – 3:5; Injil: Luk. 20:27-38

[postingan number=3 tag= ‘setan’]

Kitab 2 Makabe 7:1-2, 9-14 dan Injil Lukas 20:27-38 sama-sama memuat cerita mengenai tujuh orang bersaudara. Jumlah tujuh dalam tradisi Yahudi melambangkan kesempurnaan. Dengan demikian, cerita tentang tujuh orang bersaudara ini menunjukkan keluarga yang ‘sempurna’, yang senantiasa menyelaraskan hidup sesuai dengan perintah Tuhan.

Tujuh orang bersaudara dalam cerita Kitab Makabe menggambarkan orang-orang yang taat hukum. Bagi mereka, lebih baik mati daripada melanggar hukum; sebab ketaatan kepada hukum lebih penting daripada hidup itu sendiri. Adanya keyakinan kuat di dalam diri mereka bahwa Allah adalah pencipta, yang memulihkan kehidupan, membuat mereka tidak takut untuk mati sebagai martir. Karena itu, takut akan Tuhan jauh lebih penting daripada takut terhadap manusia.

Allah yang kita imani bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup; dan di hadapan Dia semua orang hidup’ (Luk. 20:38).

Tujuh orang bersaudara dalam Injil Lukas melukiskan orang-orang yang setia mengikuti hukum perkawinan levirat (Ul. 25:5-6; Rut. 3:9 -4:12), di mana seorang adik harus membangkitkan keturunan bagi saudaranya yang meninggal tanpa anak sehingga harta harta jangan sampai meninggalkan keluarga dan nama saudaranya dilanjutkan dalam keturunannya.

Paulus, dalam 2 Tes. 2:16 – 3:5, mendorong para pembaca untuk memegang teguh tradisi yang telah diajarkan kepada mereka baik secara lisan maupun melalui surat. Ia  meyakini bahwa Tuhan akan menguatkan mereka dan memelihara mereka dari yang jahat. Ya, Tuhan pasti akan menguatkan dan memelihara kita sebab Injil hari ini menegaskan bahwa ‘Allah yang kita imani bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup; dan di hadapan Dia semua orang hidup’ (Luk. 20:38).

Kita percaya kepada Allah yang hidup, dan di hadapan Dia semua orang hidup, walaupun tubuh jasmaninya sudah mati. Dengan ini dimaksudkan adanya kehidupan setelah kematian. Keyakinan ini tertuang dalam syahadat iman kita. Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa kebangkitan badan, kehidupan kekal. Inilah yang menyadarkan kita bahwa tidak ada hidup yang sia-sia, juga tidak ada mati yang sia-sia bagi orang yang percaya. Sebab, di dalam Tuhan kita menjadi orang-orang yang berpengharapan.

Di kalangan orang Yahudi yang hidup sezaman dengan Yesus, ada sekelompok orang yang tidak mengakui adanya kebangkitan orang mati dan tidak percaya akan adanya roh. Nama kelompok itu adalah Saduki. Mereka mencoba untuk menjebak Yesus dengan jawaban yang sesuai dengan harapan mereka, dalam hal ini dengan menunjukkan kekaburan ajaran mengenai kebangkitan.

Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa kebangkitan badan, kehidupan kekal.

Atas pertanyaan orang Saduki itu, Tuhan Yesus memberikan jawaban dan penjelasan yang luar biasa detailnya. Intinya, Tuhan Yesus mengatakan bahwa ada kebangkitan orang mati. Kebangkitan orang mati dan keberadaan sekarang adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Di surga, tidak ada kawin dan dikawinkan. Sebab, orang-orang yang yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu hidup seperti malaikat.

Malaikat adalah makhluk rohani. Tidak ada dagingnya. Ketika manusia mati, tubuh jasmaninya hancur, yang tertinggal hanyalah rohnya. Karena yang tertinggal hanyalah roh, maka tidak ada perkawinan. Sebab, kawin dan dikawinkan itu adalah urusan daging, dan itu hanya terjadi selama manusia berada di dunia. Di sini ada petunjuk bahwa status selibat (seperti yang dijalankan oleh Yesus sendiri) merupakan tanda dari Kerajaan Allah yang akan datang itu.

Kepercayaan terhadap kebangkitan orang mati dan pengharapan yang baik terhadap orang-orang yang sudah meninggal membuat kita jadi tahu bahwa hidup kita tidak berakhir di sini. Inilah penghiburan abadi yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada kita. Tidak ada penghiburan yang lebih baik dari ini; sehingga ketika seseorang meninggal dunia, kita sampaikan kepada keluarga yang berduka: semoga almarhum atau almarhumah beristirahat dalam damai bersama Bapa di surga. Kita bisa katakan seperti itu karena kita percaya bahwa kematian hanyalah pintu masuk menuju kehidupan yang baru.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini