Santo Hieronimus – Santo Pelindung para ahli Kitab Suci – berkata: “Tidak mengetahui Kitab Suci (Injil) berarti tidak mengetahui Kristus”. Perkataan itu benar. Tanpa membaca Kitab Suci, kita tidak dapat tahu secara baik dan benar mengenai hidup dan karya Yesus.
[postingan number=3 tag= ‘kitab-suci’]
Namun, itu tidak berarti bahwa Yesus sendiri yang menulis Kitab Suci (Injil). Tidak. Tuhan Yesus sama sekali tidak membuat tulisan apapun. Ia didapati menulis hanya pada saat seorang perempuan diciduk karena kedapatan melakukan perzinaan. Itu pun dilakukan-Nya bukan pada secarik kertas atau media tulis, melainkan di tanah (lih. Yoh. 8:6).
Bahkan, bukan hanya tidak menulis Injil, Yesus juga tidak pernah menyuruh para rasul-Nya untuk menulis Injil. Sebaliknya, Ia hanya meminta mereka supaya memberitakan Injil. Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Mrk. 16:15). Pada masa itu, kata ‘Injil’ (yang berarti ‘Kabar Baik’) menunjuk pada suatu kata yang diucapkan (lisan). Yesus mengucapkan Kabar Baik itu, dan Dia menghendaki agar kabar itu didengarkan dan diwartakan. Karena itu, para murid mewartakan Kabar Sukacita itu secara lisan.
Mengapa Yesus tidak membuat tulisan? Karena Dia bukan seorang penulis (author) tetapi seseorang yang memiliki otoritas (authority). Adapun bahan-bahan tertulis mengenai ajaran-Nya ditulis oleh orang lain. Gerejalah yang menyusun Injil itu. Di dalam Gerejalah Perjanjian Baru ditulis. Jadi, Kitab Suci bukanlah kitab yang diturunkan langsung dari Surga atau ajaran yang ditulis sendiri oleh Yesus, tetapi lebih sebagai kesaksian atau ungkapan iman dari para penulis.
Kapan Injil ditulis? Banyak catatan menyebutkan bahwa Injil mulai ditulis sekitar tiga puluh tahun setelah Yesus wafat, yaitu setelah para saksi pertama mulai berkurang jumlahnya. Tokoh-tokoh yang menulis Injil itu adalah Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Meski ditulis oleh manusia, Kitab Suci bukanlah karya tulis biasa. Kitab Suci ditulis berkat ilham dari Allah. Setiap kata dalam Kitab Suci ditulis melalui arahan-Nya. Karenanya, Kitab Suci adalah Firman Allah. Allah menuntun para penulis untuk menggoreskan tinta masing-masing tanpa merampas kepribadian, budaya, dan zaman para penulis. Itulah sebabnya corak, bentuk tulisan, gaya bahasa yang termuat dalam Kitab Suci itu beragam.
Dua tokoh besar Gereja yang memberi testimoni soal kebenaran Kitab Suci sebagai Firman Allah adalah Petrus dan Paulus. Paulus, misalnya, ketika menulis tentang Perjanjian Lama, mengatakan, “Semua yang tertulis dalam Alkitab, diilhami oleh Allah” (2 Tim. 3:16). Rasul Petrus juga menekankan hal yang sama, “Tidak pernah pesan dari Allah dikabarkan hanya atas kemauan manusia. Tetapi Roh Allah menguasai orang untuk menyampaikan pesan dari Allah sendiri” (2 Ptr. 1:21).