-2.9 C
New York
Saturday, December 14, 2024

150 Tahun Gereja Katolik di Manado

Sekitar tahun 1534, imam asal Portugis bernama Simon Vas melakukan penginjilan di Pulau Ternate dan Maluku sampai ia menjadi Martir. Setelah kemartirannya, pada tahun 1546 hingga 1547 para pastor Jesuit datang ke Maluku, salah satunya adalah Fransiskus Xaverius membaptis banyak orang Maluku. Diperkirakan orang yang dibaptis saat itu, mencapai 150 ribu orang. Pada tahun 1563, Pastor Diogo Magelhaes datang pula untuk melakukan penginjilan di wilayah keuskupan Manado.

Misi penginjilan Katolik kehilangan jejak, ketika VOC hadir di Maluku pada tahun 1602. VOC melarang misi penginjilan Katolik hingga tahun 1799 di seluruh wilayah Hindia Belanda. Penginjilan Katolik kembali berkembang setelah kedatangan Pastor Van De Vries sekitar tahun 1870 di wilayah Keuskupan Manado.

Menurut Pastor Albertus Sujoko, kekatolikan kembali berkembang dengan kedatangan imam-imam projo dari Belanda. Selain itu, Serikat Jesus juga mengutus Pastor Van De Vries ke wilayah Keuskupan Manado atas undangan Daniel Mandagi. Seperti diketahui, setelah periode imam-imam Serikat Jesus, pelayanan diambil alih oleh MSC.

“Periode MSC mengambil alih pelayanan Jesuit di Keuskupan Manado sering disebutkan terjadi  antara tahun 1919 atau 1920. Yang benar adalah pada tanggal 19 November 1919 Bapa Suci membuat keputusan untuk memisahkan Sulawesi dari Vicariat Apostolik Batavia dan menyerahkannya kepada Tarekat MSC. Jadi kalau m elihat surat keputusan dari Bapa Suci, maka tahun 1919 MSC sudah diserahi tugas itu.

Namun kalau melihat kenyataannya, maka nanti tanggal 2 September 1920, Trio MSC pertama baru tiba di Manado. Tiga MSC pertama yang datang ke Manado adalah Mgr. Dr. G.J. Vester, MSC sebagai Prefek Apostolik, A. Broker, MSC dan J. Klemman, MSC dan mereka disambut oleh Pastor Anton van Velsen, SJ dan Pastor Serink, SJ,” tuturnya.

Baca Juga:

Pastor Sujoko mengatakan bahwa serah terima dari SJ kepada MSC dan pelantikan Mgr. G. Vesters sebagai Prefek Apostolik. Menurut P. M. Stigter, MSC di Tomohon segala-galanya telah disiapkan untuk peristiwa besar timbang terima pada tanggal 7 September 1920 di dalam Gereja yang penuh sesak orang. “Di Tomohon segala-galanya sudah siap untuk peristiwa besar timbang terima pada tanggal 7 September 1920 di dalam Gereja yang penuh sesak orang. Berlangsunglah perkataan penyerahan, berlangsunglah perkataan penerimaan. Mgr. Vesters membaca surat penyaksian dalamnya beliau berjanji menjadi gembala yang baik yang akan mempertahankan agama Kristus yang satu-satunya benar, dengan setianya. Ramai benar!”

Sementara itu, menurut Pastor Jan Van Paasen bahwa tanggal 7 September 1920 adalah hari Selasa. “2 September 1920, Selasa Mgr. Vesters dilantik di Tomohon dengan Misa Pontifikal. Pada kesempatan itu, hadir 6 pastor SJ, para suster JMJ dan umat.” Pastor Jan diketahui lupa menyebutkan dua pastor MSC yang hadir juga dalam perayaan Ekaristi.

Menurutnya, warisan yang diterima oleh MSC dari karya Jesuit yang disampaikan Pastor M. Stigter adalah jumlah umat yang ada pada waktu itu sebanyak 11.111 suster-suster JMJ, Sekolah Guru di Woloan, dan Majalah bulanan Gereja Katolik.

Pastor Sujoko, setelah tiga MSC mengambil alih tugas enam Jesuit, oleh sebab itu, untuk sementara waktu Mgr. Vesters tinggal di Woloan untuk melanjutkan segala karya yang ditinggalkan oleh Pastor Van Velsen, Pastor Broker dan Pastor Klemann tinggal di Tomohon untuk mempelajari bahasa Tombulu. “Setelah tiga MSC mengambil alih tugas enam Jesuit, maka untuk sementara waktu Mgr. Vesters tinggal di Woloan untuk melanjutkan segala karya yang ditinggalkan oleh Pastor Van Velsen, Pastor Broker dan Pastor Klemann tinggal di Tomohon untuk mempelajari bahasa Tombulu,” katanya.

Pada tanggal  21 April 1921 Tarekat MSC mendapat tambahan tenaga untuk daerah misi yakni Pastor H. Croonen, Pastor H. Kapell dan Pastor H. Humburg. Mereka berasal  dari Jerman dan Belanda. Tak lama lagi, Gereja Katolik Keuskupan Manado akan merayakan 150 tahun Gereja Katolik bertumbuh dan berkembang di wilayah Keuskupan manado.

Editor: Silvester Detianus Gea

avatar
Silvester Detianus Gea
Lahir di desa Dahana Hiligodu, Kecamatan Namöhalu-Esiwa, Nias Utara, pada tanggal 31 Desember. Anak kedua dari lima bersaudara. Pada tahun 2016, menyelesaikan Strata 1 (S1) Ilmu Pendidikan Teologi di Universitas Katolik Atma Jaya-Jakarta. Menyelesaikan Strata 2 (S2) Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta, PGRI (2023). Pernah menulis buku bersama Bernadus Barat Daya berjudul “MENGENAL TOKOH KATOLIK INDONESIA: Dari Pejuang Kemerdekaan, Pahlawan Nasional Hingga Pejabat Negara” (2017), Menulis buku berjudul "MENGENAL BUDAYA DAN KEARIFAN LOKAL SUKU NIAS" (2018). Ikut serta menulis dalam Seri Aksi Swadaya Menulis Dari Rumah (Antologi); “Ibuku Surgaku” jilid III (2020), Ayahku Jagoanku, Anakku Permataku, Guruku Inspirasiku, Hidup Berdamai Dengan Corona Vol. IV, dan Jalan Kenangan Ibuku Vol. IV (2021), Autobiografi Mini Kisah-Kisah Hidupku (2022), Kuntum-Kuntum Kasih Sayang Vol. 3, Keluargaku Bahagiaku Vol. 2, Ibu Matahari Hidupku Vol. 1 (2023), Ibu Matahari Hidupku (2024). Saat ini menjadi Wartawan komodopos.com dan floresnews.net(2018-sekarang), Author jalapress.com/, dan mengajar di Sekolah Tarsisius Vireta (Website:https://www.tarsisiusvireta.sch.id/) (2019-sekarang). Penulis dapat dihubungi melalui email: detianus.634@gmail.com atau melalui Facebook: Silvester Detianus Gea. Akun Kompasiana: https://www.kompasiana.com/degeasofficial1465. Akun tiktok De Gea's Official.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini