Belakangan ini banyak orang bertanya tentang Allah Tritunggal. Bukan hanya orang Kristiani melainkan juga orang-orang non-kristiani. Bahkan para teolog Kristiani masih berdebat tentang Allah Tritunggal hingga hari ini. Namun dipihak Kristen Katolik hampir tidak pernah ditemukan para teolognya berdebat soal Allah Tritunggal. Kemungkinan karena dasar atau fondasi iman Katolik termaktub dalam Kitab Suci dan dokumen-dokumen Gereja, seperti Katekismus Gereja Katolik (KGK). Berhadapan dengan misteri Allah Tritunggal, St. Agustinus dalam sermon. 52, 6, 16 (dikutip dalam KGK 230) pernah berkata, “kalau engkau memahami-Nya, Ia bukan lagi Allah.”
Dasar Alkitabiah Allah Tritunggal
Yesus Kristus adalah Sang Firman yang telah ada bersama-sama dengan Allah dan oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan (lihat Yoh. 1:1-3). Yesus juga menyatakan tentang keberadaan-Nya bersama dengan Allah Bapa sebelum penciptaan dunia (lihat Yoh. 17:5). Selain itu, Yesus menyatakan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus yang keluar dari Bapa (lihat Yoh. 15:26). Kesatuan yang sama ditegaskan oleh Yesus sebelum naik ke surga, “pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus…” (lihat Mat. 28:18-20).
Kitab Suci menunjukkan persatuan Yesus dan Allah Bapa yang tak terpisahkan, “Aku dan Bapa adalah satu” dan “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa…” (lihat Yoh. 10:30, 14:9). Yesus dalam doa-Nya juga menyatakan kesatuan-Nya dengan Bapa, sehingga Ia meminta agar para murid-Nya bersatu seperti Yesus dan Bapa adalah satu (lihat Yoh. 17:21). Yesus dalam berbagai kesempatan juga menyatakan diri-Nya sebagai ilahi. Pernyataan Allah Bapa tentang keilahian Yesus juga kita temukan dalam Kitab Suci ketika Yesus disebut sebagai Anak-Nya (lihat Luk. 3:22, Mat. 17:5).
Rasul Yohanes dalam suratnya juga mengajarkan bahwa Bapa, Firman, dan Roh Kudus adalah satu (lihat 1 Yoh. 5:7). Rasul Petrus dalam pengajarannya juga menyampaikan hal yang sama (lihat 1 Pet. 1:1-2, 2 Pet. 1:2). Selain itu Rasul Paulus juga menjelaskan tentang keilahian Yesus (lihat 1 Kor. 1:2-10, 8:6, Ef. 1:3-14).
Baca Juga:
- Yesus, Allah-Manusia, Dikenal melalui Pekerjaan-Nya
- Sejarah Gereja Katolik di Dunia: Kapan Berdirinya?
- Bunda Maria Diangkat Ke Surga, Alkitabiahkah?
Kesatuan “Substansi/Hakekat” dan Keterpisahan “Pribadi”
Substansi sering disebut juga hakekat atau kodrat. Kodrat dan pribadi merupakan dua hal yang berbeda, misalnya kodrat manusia, dimiliki semua orang. Sementara “Pribadi” tidak dapat disamakan satu sama lain. Setiap pribadi mempunyai keistimewaan dan keunikannya sendiri. Kata “Pribadi” dapat kita bedakan dengan memakai kata ‘aku’. Tentu ‘aku’ yang satu berbeda dengan ‘aku’ yang lain. Sementara itu, substansi atau hakekat dapat dibedakan dengan sebutan “manusia”. Banyak orang juga menjelaskan Allah Tritunggal dengan analogi tubuh dan jiwa.
Sederhananya, tanpa jiwa, maka kita bukan manusia. Tanpa tubuh, kita tentu bukan manusia. Maka kesatuan antara tubuh dan jiwa membentuk hakekat/kodrat sebagai manusia, sedangkan sifat-sifat membentuk pribadi sebagai manusia. Apabila memakai prinsip yang sama, maka Allah Tritunggal memiliki substansi/hakekat/kodrat yang satu yaitu Tuhan. Sementara itu, dalam kesatuan terdapat tiga Pribadi, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Allah Tritunggal, tiga Pribadi Allah yang mempunyai kesamaan hakekat/kodrat/substansi. Dengan kesamaan itu, maka terbentuk kesatuan. Menurut KGK 252, perbedaan Pribadi yang satu dengan yang lain terletak pada hubungan timbal balik. Dalam tiga Pribadi Allah, terdapat hanya satu kodrat/hakekat/substansi.