8.9 C
New York
Friday, April 26, 2024

Apa yang Diucapkan Mulut, Keluar dari Hati — Renungan Harian

Apa yang Diucapkan Mulut, Keluar dari Hati: Renungan Harian Katolik, Minggu 3 Maret 2019 — JalaPress.com; Bacaan I: Sir. 27:4-7, Bacaan II: 1 Kor. 15:54-58, Injil: Luk. 6:39-45

Jika kita simak baik-baik, ada satu kutipan menarik dari bacaan pertama hari ini. Bunyinya adalah: “Jangan memuji seseorang sebelum ia berbicara, sebab justru bicaralah batu ujian manusia” (Sir. 27:7). Apa maksudnya? Maksudnya adalah bahwa baik tidaknya karakter seseorang dapat kita lihat dari ucapannya. Dari tutur katanyalah kita akan tahu apakah seseorang itu santun, perhatian, dan ramah; ataukah dia itu kasar, sombong, dan otoriter.

Sebaliknya, jika seseorang diam saja, justru kita sulit untuk mengetahui karakternya. Paling kita hanya bisa menebak; itu pun tebakan kita rawan salah. Semakin banyak seseorang bicara, semakin besar kemungkinan bagi kita untuk tahu karakter orang itu. Makanya, kalau kita mau tahu karakter dari seseorang, ajak dia supaya berbicara banyak.

Ada satu ungkapan yang sudah populer di masyarakat kita, bunyinya: “Lidah lebih tajam dari mata pedang”. Ya, pedang hanya bisa melukai kulit atau daging kita, tapi sewaktu-waktu luka itu bisa sembuh. Tapi lidah, dengan kata-kata yang diucapkan, bisa menikam, menusuk, dan melukai hati serta perasaan orang, yang menimbulkan luka batin; dan sakitnya bisa dirasakan seumur hidup karena mendatangkan trauma yang berkepanjangan.

Saat ini, banyak orang tidak mampu mengontrol lidah dan mulutnya. Ngomong ngasal aja. Segala ujaran kebencian, fitnah, dan hoaks dilontarkan. Sebagian dari mereka sudah ditangkap dan dipenjarakan, tetapi masih banyak yang berkeliaran, entah di dunia nyata maupun di dunia maya. Makanya, kita juga mendengar ungkapan ‘Mulutmu harimaumu’.

Memang, mulut kita ini, jika digunakan secara baik bisa menolong dan menjadi berkat bagi banyak orang, tapi jika digunakan secara salah, bisa menjadi kutukan dan menghancurkan seluruh dunia. Maka, berhati-hatilah menggunakan lidah dan mulut kita.

Mengapa ada orang yang menggunakan lidah dan mulutnya untuk menghancurkan  sesamanya? Tentu saja banyak alasannya. Bahkan, ada orang yang mengaku karena khilaf dan atau karena keceplosan. Tapi, benarkah demikian? Injil hari ini seolah memberikan jawaban kepada kita. Di sana tertulis demikian: ‘apa yang diucapkan mulut meluap dari hati’ (bdk. Luk. 6:45). Artinya, apa yang kita ucapkan tergantung pada apa yang ada di hati kita.

Ujaran kebencian, fitnah, dan segala bentuk kekerasan verbal lainnya, tidak hanya sekedar khilaf dan salah ucap. Bisa jadi itu semua datang dari hati yang memang jahat; sebab ada tertulis: “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat” (Luk. 6:45).

Jika hati sudah jahat, maka sebaik apapun orang lain, akan dikatakan jahat. Orang yang hatinya jahat, hanya akan melihat kesalahan kecil pada orang lain lalu dibesar-besarkan; sementara kesalahan besar yang dilakukannya diabaikan atau bahkan disembunyikan.

Apa yang kita ucapkan, itu datang dari hati. Jika hatinya baik, maka yang diucapkan pasti baik. Sebaliknya, jika hatinya jahat, maka yang diucapkan pasti jahat. “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur” (Luk. 6:43-44).

Jika seseorang ngomongnya kasar, suka bergosip, suka terbar fitnah, dan sebagainya; berarti ada yang tidak beres dengan hatinya. Maka, supaya lisan kita baik, bersihkan dulu hati kita; sebab dari sanalah sumber segala lisan kita. Jika mau lisan kita baik, maka hilangkan dulu segala rasa dengki, iri, cemburu, yang ada di hati kita. Kalau itu kita lakukan, niscaya kita akan mengucapkan kata-kata yang baik tentang apapun di luar diri kita.

Selama hati kita masih menyimpan rasa iri, dengki, cemburu, ingin menang sendiri, dan sebagainya, maka pastilah kata-kata yang keluar dari mulut kita hanya berisi keburukan. Semoga kita menjaga hati kita dari noda; atau jika sudah terlanjur kotor, semoga kita mampu membersihkannya kembali. Hanya dengan cara itu kita dapat memperbaiki lisan kita.

avatar
Jufri Kano, CICM
Terlahir sebagai 'anak pantai', tapi memilih - bukan menjadi penjala ikan - melainkan 'penjala manusia' karena bermimpi mengubah wajah dunia menjadi wajah Kristus. Penulis adalah alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta & Maryhill School of Theology, Manila - Philippines. Moto tahbisan: "Tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga" (Luk. 5:5). Penulis dapat dihubungi via email: jufri_kano@jalapress.com.

Artikel Terkait

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Ikuti Kami

10,700FansLike
680FollowersFollow
0SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Artikel Terkini