Pagi ini saya merayakan Ekaristi bersama saudara/i di Panti Kasih, Binongko-Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores Barat. Cukup banyak juga umat beriman di luar panti yang mengambil bagian dalam perayaan ini di tempat ini. Perayaan Ekaristi berjalan dengan baik.
Hal yang paling menarik dan sulit saya lupakan adalah apa yang saya alami setelah ekaristi. Saya kembali ke sakristi dan ganti pakaian misa. Lalu saya melayani satu keluarga yang minta didoakan. Setelah itu, saya hendak pulang ke seminari. Tapi seorang anak remaja (siswi SMP, anak panti) beritahu saya bahwa inuk Merlin belum diberi Tubuh Kristus.
Inuk Merlin ini berkebutuhan khusus. Ia sudah hampir 30 tahun (sejak keluar dari rahim ibunya) berbaring di tempat tidur. Ia dilayani dgn penuh kasih oleh para suster, perawat dan ibunya yang beberapa waktu terakhir ini tinggal di panti ini. Biasanya yang memberinya Tubuh Kristus adalah suster yang berkarya di sini. Tapi sejak kemarin para suster di panti ini ke Ruteng untuk ikut kegiatan kongregasi.
“Apa akibatnya kalau inuk Merlin tidak diberi Tubuh Kristus?” Tanyaku kepada anak yang memberitahukan kepadaku tentang Inuk Merlin yang belum menerima Tubuh Kristus. “Pater, dia akan berontak terus nanti. Dia ngambek. Mungkin sepanjang hari.” Ia beri penjelasan singkat. Saya tersentuh dengan penjelasannya. Lalu saya pergi ambil Tubuh Kristus di kapela. Saya larutkan hosti kudus, Tubuh Kristus itu, di dalam air seperempat gelas kecil. Lalu saya menuju tempat tidurnya inuk Merlin. Saya mengajaknya berdoa. Ia tampak cuek. Tidak peduli. “Inuk, saya suap saya. Ini hosti kudus, Tubuh Kristus.” Dia tetap tak peduli. Lalu, saya sadar. Mungkin karena saya tidak menggunakan jubah. Saya kembali ke Sakristi dan mengambil lagi jubah yang sudah dimasukkan ke dalam tas. Lalu saya kembali mendekati inuk Merlin di tempat tidurnya. Tampaknya ia belum juga terlalu peduli. Memang ia memandangku. Mulutnya masih tertutup rapat.
Lalu, bapa Adol, sesepuh di panti bilang begini. “Inuk, mohon maaf, kami tidak melupakanmu. Para suster tidak ada di sini. Mereka di Ruteng. Ini Pater Lorens. Ia yang memimpin misa di sini hari ini. Dia juga yang menggantikan suster untuk memberimu Tubuh Kristus. Sekarang buka mulut.” Inuk Merlin tampaknya mendengarkan penjelasan bapa Adol. Lalu, ia tersenyum, nyaris tertawa. Ia membuka mulutnya. Saya dengan mudah menyuap Tubuh Kristus yang sudah dilarutkan ke dalam air. Sepanjang ‘ritus suap’ ini, inuk Merlin tampak senyum sumringah sambil memandang wajahku. Lalu, saya membuat tanda salib di dahinya. Ia masih tersenyum dgn tenang! Saya juga tersenyum. Kami berbagi senyum. Ada sukacita yang tak teruraikan di sini.
Pengalaman kecil ini mendatangkan sukacita tak terkatakan. Saya pasti sulit melupakannya. Inuk Merlin merindukan Tubuh Kristus. Ia bahkan gelisah jika tak menerima-Nya. Pengalaman ini mengajarkan hal penting kepadaku. Bahwasannya, merindukan Tubuh Kristus adalah keniscayaan bagi orang yang percaya. Tubuh Kristus adalah sumber sukacita di hati. Sukacita yang tidak didapatkan dari harta, kuasa dan kenikmatan dunia. Bahwasannya merayakan dan mengikuti Ekaristi harus dilandasi kerinduan tiada tara akan Tubuh Kristus sumber ketenangan dan sukacita di hati. Dengan demikian, merayakan atau mengikuti perayaaan Ekaristi itu bukan karena kewajiban-aturan, tetapi karena kerinduan-kebutuhan jiwa akan Tubuh Kristus. Terima kasih inuk Merlin!
Apakah Anda merindukan Tubuh Kristus?
Salam Minggu; Tuhan memberkati!
Inuk: saudari (anak perempuan)




